Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Berada Di Dalam Pikiran (Part 23)

Author
Published Minggu, Juli 01, 2018
Berada Di Dalam Pikiran (Part 23)
Hatiku sakit saat mendengar Yena dan Sanja pergi keluar hotel dan meninggalkanku di sini. Disaat aku pasrah tiba-tiba ada yang memegang pundakku. Membantuku berdiri dan menjauh dari kerumunan orang yang datang ke arahku untuk menyelamatkan diri dengan masuk ke gedung hotel. Sehingga aku terhindar dari bahaya terinjak-injak.

Aku senang Sanja datang untuk menolongku. Selain itu aku juga merasa aneh.
"Bukannya tadi kamu keluar meninggalkanku.'" Tanyaku.
"Aku kembali lagi untukmu." Aku terharu sambil meneteskan air mata.
Aku mengusap air mataku. Sekejap aku memejamkan mata. Saatku kembali melihat wajah Sanja, dia menghilang. Aku terlalu berharap ditolong Sanja sampai aku berhalusinasi.

Di balik perasaanku paling dalam masih yakin dan menganggap Sanjalah yang menolongku tadi. Aku mencarinya keluar hotel. Aku melewati pecahan kaca yang berserakan di halaman hotel.
Sejauh aku melihat cuma ada orang-orang yang ketakutan dan mobil ambulan serta mobil polisi yang baru datang. Aku hanya bisa diam terpaku menerima kenyataan bahwa aku tidak ditolong Sanja. Seorang prajurit polisi anti teror menyadarkanku dan membawaku menjauh dari tempat yang berantakan itu. Tidak jauh beda dengan keadaan hatiku saat ini.

Keterpurukanku karena kecemburuan yang berlebihan diobati oleh ayahku yang tiba-tiba datang dan langsung memelukku.
"Syukurlah, kamu tidak apa-apa, Lina." Ucap ayah yang mengkhawatirkanku.

"Apa ini hujan. Tapi langit cerah." Ucapku sambil melihat telapak tangan yang basah karena terkena tetesan air dari langit.
Sekelompok polisi anti teror berlari dari depan ke arah belakangku.
Segeraku menahan tangan salah satu anggota polisi, "Apa yang terjadi?"
Polisi itu berhenti berlari dan bicara kepadaku dengan jelas, ''Ledakan terjadi di lantai 13 yang kosong dan ledakan susulan terjadi di sungai."
Aku terkejut. Kilasan ingatanku mengumpulkan semua yang kutahu dalam sekejab. Apa Pria itu teroris dan Yena yang bersamanya juga punya bom, itu kenapa Sanja membawa Yena ke luar hotel menuju sungai.

Rasa kesalku berubah menjadi khawatir, aku segera berlari menuju sungai. Tapi langkahku dihentikan oleh polisi. Suasana hening, tidak ada angin dan suara manusia ataupun hewan.
"Lina..." suara Sanja memanggilku tiba-tiba terdengar. Tapi, di mana dia? Aku tidak melihat Sanja di sekelilingku.
"Ah..." Kepalaku tiba-tiba pusing. Aku memejamkan mata sambil memegang kepala. Saat aku membuka mata, tidak ada siapa-siapa di depanku. Kemana para polisi tadi?

(Bersambung)

Posting Komentar