Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Cerita Yang Terbalik (Part 4)

Author
Published Kamis, Juli 12, 2018
Cerita Yang Terbalik (Part 4)
Aku melihat ke arah Anak kecil yang merupakan tetanggaku, sambil berpikir dalam hati, 'Apa dia Indigo yang bisa melihat makhluk tidak kasat mata? Apa jangan-jangan Enja yang kami tolong hanya hantu?'

Tubuhku gemetar ketakutan. Sungai ini memang terkenal angker tapi aku tidak percaya. Mungkin karena itu, jadi hantu di sini ingin menunjukan keberadaannya agar aku percaya. Ih seram.

Anak kecil itu kembali bicara, "Kak Enja ada disini.... tadinya. Sekarang udah pergi menyelusuri sungai berlawanan dengan arus."
Aku kaget karena tidak sesuai dengan yang kupikirkan. Cepat juga kabar tentang Enja beredar jadi tetanggaku juga tahu. Aku baru sadar, jika Enja mendatangi tempat pertama dia mulai hanyut. Bisa-bisa dia cepat pulang, "Terima kasih infonya dik." Ucapku kemudian langsung pergi mengejar Enja.

Akhirnya aku menemui Enja dan bertanya, "Kamu mau ke mana?"
Enja berhenti melangkah dan menjawab, "Aku mau pulang. Keluargaku mungkin khawatir."
Hal itu membuatku kaget. Aku harus cari cara agar dia tidak pulang. Dengan terpaksa, aku manfaatkan keadaannya yang sekarang lupa ingatan, "Keluargamu tidak menginginkanmu. Karena kamu Cowok sedangkan saudaramu Cewek. Mereka ingin anak Cewek agar bisa dijodohkan ke pengusaha kaya yang kebanyakan Cowok." Ucapku mengarang cerita palsu.
Terlihat tatapan Enja mulai tajam ke arahku. Apa dia marah? Aku segera membuat dia agar tidak kesal padaku, "Aku pacarmu. Jadi aku tahu semuanya karena kamu sering cerita ke aku."
Seketika wajah Enja tampak sedih, "Maafkan aku telah melupakanmu."
Aku senang telah membuat Enja patuh padaku. Sekarang dia mengurungkan niat untuk bertemu keluarganya.

Saat perjalanan ke rumah, Enja bertanya, "Apa aku punya teman?"
Aku segera menjawabnya meski gak tahu, "Dulu kamu punya banyak teman. Tapi karena kamu sering mengatakan cinta dan ditolak banyak cewek, teman-temanmu malu berteman denganmu." Ucapku terpaksa mengarang cerita palsu lagi agar dia tidak meninggalkanku.
Enja tampak terdiam lalu dia menatapku, "Terima kasih udah mau denganku."
Ucapannya benar-benar membuatku senang. Rasanya berat meninggalkan dia di rumah bersama Orang tuaku, inginku selalu di sampingnya. Tapi aku harus sekolah.

Hingga di sekolah aku masih merasa senang. Saat lagi duduk di bangku kelas paling depan menunggu guru masuk, tiba-tiba seorang siswa datang dan meletakan sebuah surat di depanku yang bikin aku kaget, "Pletakkk." Bunyi tangannya yang menyentuh meja dengan keras.

Perhatian seisi kelas mengarah padaku. Siswa itu bicara lantang, "Maaf surat cintamu ini aku tolak. Cewek sepertimu bukan tipeku."
Mendengar kata-katanya membuatku malu. Segaraku menutupi wajahku dengan kedua tangan.
Seisi kelaspun ribut ngata-ngatain aku, "Huuu...Dasar gadis gak tahu diri... Haha...Masa miskin mau dengan kaya... "
Aku menutup telingaku dengan mata terpejam karena kesal.
Aku berteriak dalam hati, 'Diam...' Berharap ejekan mereka segera berhenti.
Dalam sekejab, entah kenapa aku tidak mendengar suara mereka. Bahkan saat aku tidak menutup telinga lagi dengan tangan, suasana kelas hening.
Apa jangan-jangan mereka dapat mendengar suara hatiku sehingga tunduk dengan perintahku?

(Bersambung)

Posting Komentar