Ceritaku Dengan Bedo (Part 4)
Gagal mempertemukan ayah dengan pacarku, membuat ayah semakin meragukanku, "Kamu benar punya pacar laki-laki kan?"
"Iya ayah tentu!" jawabku meyakinkan.
Puas memandangiku kemudian ayah bicara lagi, "Ayah tidak suka sama pacarmu yang takut ketemu ayah. Bisa dipastikan dia cuma main-main denganmu?"
Aku terdiam dan berpikir harus cari pacar lagi .
"Ayah ingin yang terbaik untukmu dan juga ayah. Kamu harus tahu yang membuatmu nyaman belum tentu baik untukmu tapi tentu buruk buat ayah." Nasehat ayah yang mengunggah hatiku.
Dari ceritaku dengan Ganu, mengejar laki-laki itu salah, seharusnya laki-laki yang mengejarku. Di sekolah aku tampil menggoda membuatku seperti jajanan murah di pinggir jalan. Saat aku duduk sendiri di kantin seorang siswa menghampiriku, "Namaku Bedo, boleh ku duduk!"
"Ya tentu!" jawabku.
Semenjak itu Bedo selalu hadir di saat ku sendiri. Hariku yang selalu mendung akhirnya cerah juga. Dia baik di depanku, tapi aku ingin tahu bagaimana saat dia di belakangku. Aku memasang alat penyadap di dalam tasnya sehingga aku bisa mendengar pembicaraannya. Seseorang yang ku tahu bukan Bedo bicara, "Kamu yakin pacaran dengan gadis itu, dia pura-pura normal. Lihat sahabatnya Lesi yang tergabung di LGBT. Dia berduaan bukan sebagai sahabat tapi pasangan Lesbi. Lalu mantan pacarnya Ganu juga bergabung di LGBT, dia memacari Gay cuma sebagai kedok!"
Aku seperti disambar petir, pantas saja dari sekian banyak siswa di sini cuma Bedo yang mau denganku, apalagi saat Bedo bicara, "Aku cuma mau membantunya!" Aku semakin yakin, aku dipacari karena dikasihani.
Keesokan harinya aku kembali menjadi diriku lagi membuat Bedo menatapku heran, "Apa aku tidak menarik lagi, jika tidak tampil menggoda!" tanyaku.
"Menarik kok", jawabnya.
Pulang sekolah aku mengajak Bedo bertemu dengan ayah. Saat di depan pintu rumah, Bedo bicara, "Sebenarnya aku sudah punya pacar selain kamu!, tak apa kamu jadi selingkuhanku!"
Aku benar-benar gila dibuatnya, "Iya tak apa!" Jawabku.
Hari itu tujuanku membuktikan kepada ayah aku normal akhirnya terwujud. Wajah senang ayah menyejukan hatiku.
Saat aku pulang membeli buku catatan harian baruku, aku dicegat laki-laki bertubuh kekar dan mengacamku, "Jadi kamu selingkuhan Bedo! Meski Bedo suka laki-laki dan perempuan, aku sebagai pacarnya tetap cemburu!" Aku dipukul keras tepat di perutku, "Aduh!" Bukannya pukulan balasan justru kata-kata itu yang terlontar begitu saja seakan merespon rasa sakitku yang amat sangat dan kunang kunang yang seharusnya berterbangan di malam hari malah bisa ku lihat siang itu.
(Bersambung)
"Iya ayah tentu!" jawabku meyakinkan.
Puas memandangiku kemudian ayah bicara lagi, "Ayah tidak suka sama pacarmu yang takut ketemu ayah. Bisa dipastikan dia cuma main-main denganmu?"
Aku terdiam dan berpikir harus cari pacar lagi .
"Ayah ingin yang terbaik untukmu dan juga ayah. Kamu harus tahu yang membuatmu nyaman belum tentu baik untukmu tapi tentu buruk buat ayah." Nasehat ayah yang mengunggah hatiku.
Dari ceritaku dengan Ganu, mengejar laki-laki itu salah, seharusnya laki-laki yang mengejarku. Di sekolah aku tampil menggoda membuatku seperti jajanan murah di pinggir jalan. Saat aku duduk sendiri di kantin seorang siswa menghampiriku, "Namaku Bedo, boleh ku duduk!"
"Ya tentu!" jawabku.
Semenjak itu Bedo selalu hadir di saat ku sendiri. Hariku yang selalu mendung akhirnya cerah juga. Dia baik di depanku, tapi aku ingin tahu bagaimana saat dia di belakangku. Aku memasang alat penyadap di dalam tasnya sehingga aku bisa mendengar pembicaraannya. Seseorang yang ku tahu bukan Bedo bicara, "Kamu yakin pacaran dengan gadis itu, dia pura-pura normal. Lihat sahabatnya Lesi yang tergabung di LGBT. Dia berduaan bukan sebagai sahabat tapi pasangan Lesbi. Lalu mantan pacarnya Ganu juga bergabung di LGBT, dia memacari Gay cuma sebagai kedok!"
Aku seperti disambar petir, pantas saja dari sekian banyak siswa di sini cuma Bedo yang mau denganku, apalagi saat Bedo bicara, "Aku cuma mau membantunya!" Aku semakin yakin, aku dipacari karena dikasihani.
Keesokan harinya aku kembali menjadi diriku lagi membuat Bedo menatapku heran, "Apa aku tidak menarik lagi, jika tidak tampil menggoda!" tanyaku.
"Menarik kok", jawabnya.
Pulang sekolah aku mengajak Bedo bertemu dengan ayah. Saat di depan pintu rumah, Bedo bicara, "Sebenarnya aku sudah punya pacar selain kamu!, tak apa kamu jadi selingkuhanku!"
Aku benar-benar gila dibuatnya, "Iya tak apa!" Jawabku.
Hari itu tujuanku membuktikan kepada ayah aku normal akhirnya terwujud. Wajah senang ayah menyejukan hatiku.
Saat aku pulang membeli buku catatan harian baruku, aku dicegat laki-laki bertubuh kekar dan mengacamku, "Jadi kamu selingkuhan Bedo! Meski Bedo suka laki-laki dan perempuan, aku sebagai pacarnya tetap cemburu!" Aku dipukul keras tepat di perutku, "Aduh!" Bukannya pukulan balasan justru kata-kata itu yang terlontar begitu saja seakan merespon rasa sakitku yang amat sangat dan kunang kunang yang seharusnya berterbangan di malam hari malah bisa ku lihat siang itu.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar