Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Pasrah Dibawa Ke Tempat Misterius (Part 12)

Author
Published Selasa, Juli 03, 2018
Pasrah Dibawa Ke Tempat Misterius (Part 12)
Terlihat seekor burung Merpati saat pintu terbuka. Aku kaget, tiba-tiba sosok pemuda datang dari samping. Seperti tidak percaya.
"Apa itu kau, Ayah!"
Dia tersenyum, "Maaf, membuatmu menunggu." Lalu burung Merpati itu hinggap di pundak Ayah.
Apa jangan-jangan Burung itu yang memberitahu lokasiku. Untuk memastikan aku bertanya, "Bagaimana Ayah menemukanku?"
Saat Ayah mengangkat tangannya, Burung Merpati itu pindah ke tangan Ayah, lalu Ayah bicara, "Ayah melacak telponmu dari nomor yang diberikan temanmu Indri yang berada di rumah kita." Saat Ayah selesai bicara Burung Merpati itu terbang ke angkasa. Sungguh Aneh, jika Ayah menjelaskan tanpa menyakut pautkan Merpati itu. Padahal aku merasa Merpati itu ikut terlibat.

Terlihat Ayah juga mau pergi. Aku tidak ingin Ayah datang dan pergi begitu saja. Jadi ku mengejarnya. Hingga sampai di samping gudang aku tercengang. Melihat anak buah ibu Rina tergeletak semua di tanah, jauh dari dinding Gudang.
"Ayah membunuh mereka demi menyelamatkanku?" Tanyaku cemas.
Ayah melihat ke arahku, lalu menunjuk ke arah dekat dinding, "Pipa gas bocor. Mereka keracunan. Beruntung saat Ayah tiba, masih bisa tertolong."
Aku melihat ke arah dinding. Tampak pipa yang tertimbun gundukan tanah dan di sampingnya ada sebuah cangkul. Jadi suara desiran seperti ular itu adalah suara gas bocor.

Aku kembali melihat ke arah Ayah. Dia melepaskan jaketnya dan mengenakannya kepada Mawar. Aku kesal, "Kenapa Ayah perhatian dengan wanita itu. Apa Ayah tidak sayang lagi dengan ibu?"
Ayah menatapku, "Wanita ini menggunakan pakaian minim. Dia akan kedinginan, jika dibiarkan. Sebelum pingsan dia juga telah memberikan kartu dan sandi gudang. Ayah hanya membalas kebaikannya."
Jadi itu kenapa Ayah bisa membuka pintu gudang.
Aku kembali bertanya, "Ayah sudah telpon Ambulan?"
Ayah menjawab sambil mencoba mengangkat Mawar, "Iya sudah."
Aku tahu Ayah akan memasukan mereka ke dalam gudang. Tapi terlihat tangan Kumbang yang mulai bergerak. Khawatir mereka sadar dan menyakiti Ayah yang kalah jumlah. Aku segera mengajak Ayah pergi, dengan menarik tangan Ayah sambil berkata, "Biar mereka diurus perawat Ambulan saja, Ayah."

Saat sampai di jalan terlihat sebuah mobil. Aku baru sadar Ayah dikabarkan tewas dalam kecelakaan mobil. Aku langsung melepaskan tanganku dan menatap cemas ke Ayah. Apa dia hantu?
Seakan dia tahu aku takut. Dia menjelaskannya tanpa menungguku bertanya, "Dalam kecelakaan itu Ayah hanya koma, tidak tewas. Meski sempat sekarat. Tante Yena merasiakannya kepada kalian. Agar kalian terus melanjutkan hidup tanpa beban."
Selama ini aku tidak pernah melihat kuburan Ayah, jadi aku percaya dan senang mendengarnya.
Tapi masih ada yang aneh. Aku mencoba bertanya tentang penampilan Ayah sekarang yang masih tetap muda, tapi dia kembali bicara sebelum sempatku bertanya, "Ayah memiliki kelainan langka. Tubuh Ayah tidak bisa memproduksi Sel sesuai umur. Hanya bisa memproduksi Sel di bawah 18 tahun. Tapi tidak perlu khawatir penyakit ini tidak menular."
Aku benar-benar takjub, "Justru, aku ingin Ayah menularkan penyakit itu." Ucapku.
Ayah membalasnya dengan senyuman, wajahnya semakin menawan. Membuatku gugup seketika.

Di dalam mobil, aku tiada henti menatap Ayah. Di tengah lamunanku dia bicara, "Mengenai kakakmu. Ayah sudah menemukannya. Dia berhasil selamat tanpa luka bakar serius. Diselamatkan oleh seseorang. Tapi, sepertinya dia mengalami benturan di kepala ketika hanyut di sungai yang banyak bebatuan, sehingga lupa ingatan. Kita tidak bisa bersamanya sekarang. Setidaknya dia bersama keluarga yang baik padanya saat ini."
Aku berucap, tanpa sempat berpikir, "Seseorang yang menyelamatkannya mungkin seorang gadis. Keluarga yang bersamanya mungkin keluarga gadis itu. Kak Enja mungkin ingin bersama gadis itu. Tak apa kak Enja pergi, asalkan Ayah kembali."
Ayah menatapku, aku grogi dan segera ucapkan hal lain, "Mungkin kak Enja butuh waktu untuk mengingat kembali. Selama kakak baik-baik saja itu tidak masalah."
Tiba-tiba Ayah menghentikan mobil. Aku segera melihat ke depan. Aku terkejut melihat sosok yang tidak jelas wajahnya.

(Bersambung)

Posting Komentar