Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Ditinggal Sendiri (Part 1)

Author
Published Rabu, Juli 04, 2018
Ditinggal Sendiri (Part 1)
Meskipun aku cantik, aku tetap sendiri bukan karena terlalu pilih tapi karena tidak laku, mereka takut dengan kelainan di mataku yang berbeda warna. Keluarga yang selalu mau dekat denganku tiba-tiba menghilang. Aku sempat melihat mereka ke hutan ke arah sungai dan aku pergi mencarinya.

Di tengah hutan aku dikejutkan dengan sekelompok orang berkelakuan aneh. Mereka merangkak dengan gerakan kepala yang mengerikan. Wajahnya pun menyeramkan.
"Akhhh, jangan dekati aku!" Aku bodoh cuma bisa berteriak. Sebenarnya badanku kaku karena ketakutan.

Tiba-tiba di balik orang-orang seperti Zombi itu ada seorang pemuda yang berlari berusaha keluar dari kerumunan. Dia lalu menuju ke arahku dan memegang tanganku.
"Ayo pergi dari sini. Kita harus keluar dari hutan ini." Badanku seketika bisa bergerak. Aku mengikutinya. Kami terus berlari hingga ke luar hutan dan berada di kota.
"Aku capek, aku tidak sanggup, sampai kapan kita harus berlari." Ucapku sambil memegang erat tangannya. Awalnya dia yang menarik tanganku tapi entah kenapa malah aku yang tidak ingin ketinggalan darinya.

"Tidak perlu berlari lagi. Hujan sudah turun. Virus itu tidak akan menular ke kita." Ucapan pemuda itu membuatku bingung. Hujan kemudian turun. Tiba-tiba aku pusing. Lalu tidak ingat apa-apa.

Saat aku sadar. Aku sudah berada di bawah salah satu rumah. Aku tadi ada di jalanan. Pasti pemuda itu yang mengangkatku untuk berteduh di sini. Tapi saat aku mencari keberadaan pemuda itu. Dia tidak ada. Kemana dia? Aku mengusap mataku. Saat aku kembali melihat ke depan. Dia tiba-tiba muncul.

Aku menatapnya. Dia tampan menurutku karena sudah menolongku.
"Ini seperti Alam VS Zombi!" Ucapnya meyakinkan dia bukan khayalanku.
"Sebelum kamu menjelaskannya. Aku ingin tahu namamu! Aku Malaika." Ucapku sambil mengajukan tangan.
"Panggil aku Anja." Jawabnya tanpa menyambut salamku.

Aku menundukan diri malu. Dia pasti juga takut dengan mataku ini.
"Mereka menjadi Zombi karena Pil PPC yang dimodifikasi!" Jelas Anja.
"Aku tahu pil itu bikin mabuk dan gila seperti Zombi." Balasku berusaha mengajak dia ngobrol.
"Penyebarannya sangat cepat karena pil itu dibuat menjadi bubuk yang sangat halus, awalnya ingin dibuat serbuk seperti sabu-sabu, dipakai seperti ganja yang asapnya dihirup malah terbang dan berbaur di udara." Jelasnya lagi.
"Jadi mereka tertular penyakit Zombi itu karena menghirup udara yang bercampur obat narkoba. Terus kenapa kita tidak tertular." Tanyaku memastikan.
"Penyebaran juga melalui udara yang keluar dari mulut para Zombi. Hujan telah membuat udara yang tercemar menjadi bersih karena virus itu larut dengan air." Penjelasannya membuatku penasaran siapa dia. Kenapa tahu tentang ini semua.

Aku mencoba menatap wajahnya, "Kamu tidak takut melihat mataku?"
Dia tersenyum, "Buat apa takut?" "Karena kelainan mataku bisa menularkan penyakit misterius berbahaya lewat tatapan. Jadi mereka menghindariku!" Ucapku memberitahu kata orang-orang.
"Penularan penyakit mata lewat tatapan mata, itu cuma mitos." Jelasnya.
"Tapi mereka semua percaya terhadap mitos itu." Ucapku sedih.
"Tapi kamu enggak. Aku senang kamu mau didekatku." Ucapku sambil tersenyum.

Tiba-tiba datang seorang pria dewasa, aku kaget. Dia mau menembakku padahal aku sedang bersama pemuda yang seusia denganku.
"Jangan tembak aku. Aku sedang bersama laki-laki." Ucapku takut.
"Kamu hanya sendiri. Aku harus menembakmu." Aku bingung dan melihat ke arah Anja yang jelas terlihat olehku.
"Dia tidak bisa melihatku." Jawab Anja membuatku tercengang.

(Bersambung)

Posting Komentar