Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Hadir Saat Keadaan Tidak Baik (Part 29)

Author
Published Minggu, Juli 01, 2018
Hadir Saat Keadaan Tidak Baik (Part 29)
Aku segera menghampiri Aya yang dicegat Hita.
"Aku mau masuk, jangan halangi aku." Ucap Aya acuh.
"Aku mau ngajak kamu jalan." Balas Hita.
"Maaf, tadi aku udah jalan-jalan." Tolak Aya secara halus.
Hita tetap menahan pagar dan tidak membiarkan Aya masuk.
"Kamu tidak bisa memaksa Aya gitu." Ucapku.
Hita telihat memperhatikan wajah Aya. Apa dia menyadari keanehan Aya? Pikirku.
"Aku juga mau ngajak kamu makan." Bujuk Hita lagi.
Aku menyadari Hita melakukan cara yang sama saat pertama kali bertemu Aya ketika mulai aneh.
"Benarkah? Kalau begitu aku mau. Jangan seperti malam kemaren ya. Aku ingin menu yang baru." Balas Aya seakan-akan mengenali Hita padahal dia melupakannya waktu itu.
"Jangan jalan sama orang asing, Aya!" Larangku.
"Aku pacarnya Aya!" Ucap Hita membuatku kaget.
"Benar itu Aya?" Tanyaku.
"Aku lupa, mungkin iya." Ucap Aya ragu.

Sepertinya Hita mencoba memanfaatkan keanehan Aya. Tidak akan kubiarkan.
"Aya kamu mau ajak aku kan, kita teman baik jauh sebelum Hita muncul."
"Kami lagi kencan, masa diganggu."' Potong Hita.
"Aku mau Lina juga ikut." Ucap Aya. Dia terlalu polos tidak tahu artinya kencan.
"Ya udah, kalau Aya bilang gitu." Balas Hita.
Aku dan Aya lalu pergi dengan Hita menggunakan mobilnya.

Saat di dalam mobil. Aku baru sadar lupa pamit dengan Yena. Saat aku menoleh ke belakang mobil yang digunakan Yena sudah tidak ada. Ketika aku menoleh ke depan Hita terlihat memperhatikanku melalui kaca spion depan.
"Kan sudah ada Aya di sampingmu. Buat apa memperhatikanku?" Ucapku merasa risih.
Hita cuma diam dan terlihat kesal.

Saat Hita tidak lagi memperhatikanku. Aku mengeluarkan HP dari saku celana jeansku mencoba menghubungi Sanja.
"Uhh, signalnya kok gak ada sih." Gumamku pelan.
Tapi tetap disadari Hita dengan memberikan senyum sinisnya lewat kaca spion depan.

Kami sampai di sebuah bangunan mirip ruko dan di sekelilingnya tidak ada bangunan lain.
"Ayo masuk. Di dalam, koki terbaikku sudah mempersiapkan makanan spesial untuk kalian." Ucap Hita.

Hita membuka pintu bangunan itu, mempersilahkan kami berdua masuk. Di dalamnya memang ada meja dan kursi tapi tidak ada orang. Saat Hita mau menutup pintu, tiba-tiba seekor burung gagak masuk. Hita tidak mempedulikannya dan tetap menutup rapat pintu, lalu berusaha mengunci pintu. Aku yang menyadarinya segera mencegahnya melakukan itu.
"Apa yang kamu lakukan." Ucapku sambil mencoba merebut kunci di tangan Hita. Bukannya memberikannya ke aku, dia malah melemparnya. Saat aku menoleh ke arah kunci itu dilempar. Aku melihat kunci itu disambut oleh sekelompok pria yang masuk dari pintu yang lain.
"Kokimu banyak juga. Mana makanannya?" Ucap Aya tidak menyadari niat jahat Hita dan teman-temannya.
"Hita membohongi kita Aya. Tidak ada makanan yang akan diberikannya." Balasku.
"Kamu membohongiku, padahal aku udah mempercayaimu." Marah Aya.
Jika benar Aya dirasuki makhluk halus, setidaknya dia bisa melawan para pria di sini dengan kekuatan yang tidak masuk diakal. Membuatku sedikit tenang.
"Aw, sakit!" Rintih Aya ketika lengannya dipelintir Hita hingga membuatnya tertunduk.
Habislah kami, aku tidak punya harapan lagi.

Aku sadar ada burung gagak yang tidak sengaja masuk tadi. Aku mencarinya dan benar ada, ia sedang bertengger di lampu hias di atas langit bangunan. Aku segera mengeluarkan HPku lagi.
"Percuma. Di sini tidak ada jaringan operator ponsel. Jadi itu sia-sia Lina." Ucap Hita.
Tapi entah kenapa jaringan operator di HPku penuh. Tanpa basa-basi aku hubungi Sanja.

"Sanja, tolong aku." Ucapku langsung ketika telponku tersambung ke HP Sanja.
"Jangan bercanda Lina. Kamu pikir kami bodoh. Tidak usah pura-pura seperti itu. Sudahlah terima saja takdirmu. Sebenarnya kami cuma ingin menikmati Aya, berhubung kamu juga ada disini. Bersiaplah untuk kami nikmati juga." Ucap Hita.
"Menjauh dari pintu." Ucap Sanja lewat HPku.
Aku yang paling dekat dengan pintu segera berjalan ke tengah ruangan. Aku melihat Aya juga jauh dari pintu. Lalu ku bilang ke Sanja lewat sambungan telpon, "Iya."
"Bagus jika kamu mau menerimanya dengan senang hati, sudah aku duga kamu juga suka aku. Jadi aku tidak perlu memaksa." Sambung Hita.
Tidak bisa dibayangkan ekspresiku saat itu. Cuma bisa tersenyum terpaksa dikelilingi sekelompok pria.
"Kamu cintakan sama Aya. Masa kamu tega menghancurkan masa depannya." Ucapku.
"Justru ini wujud cintaku padanya. Biar dia patuh denganku." Balas Hita sambil mengeluarkan kameranya. Sifatnya benar-benar berbanding terbalik dengan Sanja.
Brakkk. Pintu tiba-tiba ambruk. Ujung pintu mengenai kamera Hita hingga hancur. Hita terlihat tercengang.

Pandanganku kabur karena cahaya matahari senja yang tiba-tiba masuk. Apa itu Sanja? Aku melihat sepasang sayap seperti cahaya di belakang sosok yang muncul. Aku seperti tidak percaya dan mengusap mataku. Ketika pengelihatanku jelas, sayap tadi tidak ada. Yang ku lihat hanya Sanja yang masuk ke dalam ruangan. Aku melihat ke belakang Sanja, tidak ada polisi. Apa dia sendiri datang ke sini?
.
Sanja mengarahkan tangan kanannya ke arah Hita dan tangan kirinya ke arah sekelompok pria temannya Hita.

Ini saat yang tepat. Pasti Sanja akan mengalahkan para pria jahat itu tanpa menyentuhnya. Aku segera aktifkan fitur perekam video di HPku untuk merekam detik-detik mereka mati karena serangan jantung. Ini akan menjadi ancaman bagi pria jahat yang lainnya agar takut.

"Kita bisa berunding." Ucap Sanja yang kali ini membuat aku yang tercengang.

(Bersambung)

Posting Komentar