Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Kedatangan Tamu Tidak Diundang (Part 2)

Author
Published Kamis, Juli 12, 2018
Kedatangan Tamu Tidak Diundang (Part 2)
Seakan tidak percaya, "Masa buku mampu menyelamatkan manusia, itu tidak masuk akal."
Aku berusaha berpikir logis, "Sepertinya pemuda itu sempat sadar lalu berenang ke tepi sungai kemudian pingsan dan buku Life Note adalah benda kesukaannya jadi dia pegang selalu."
Aku membuka Buku Life Note dan di sana tertulis nama 'Enja', "Apa ini nama dia? Baiklah, aku sebut saja pemuda itu, Enja."

Tanpa mau berpikir lagi, aku segera berlari menuju rumah dan berteriak, "Ayo cepat Ayah, ikuti aku!" Aku tarik tangan Ayah yang sedang memegang korek api untuk menyalakan kayu bakar buat ibu memasak.
Tapi Ayah tetap bertahan, aku lalu merebut korek apinya. Kemudian Ayah melihatku, "Kan Ayah sudah bilang, gak bisa beli'in Hpmu cepat. Jangan bakar rumah segala seperti diberita koran."
Aku tercengang dan langsung melepaskan korek api, "Maksud aku nanti dulu main korek apinya, Ayah. Tentang Ayah tidak bisa membelikan Hp untukku, aku mengerti kita keluarga tidak mampu. Ini mengenai, ada seseorang di tepi sungai. Aku ingin Ayah menolongnya!"
Mendengar itu, Ayah segera pergi mengikutiku. Saat melihat Enja, Ayah langsung mengangkat dan membawanya ke rumah. Sedangkan aku, cuma membawa buku Life Note nya.

Di rumah, Ayah mengganti pakaian Enja di dalam kamar. Sedangkanku di luar menunggu dengan cemas. Setelah Ayah selesai, Beliau langsung memanggilku. Dengan cepat aku langsung mengobati luka bakar yang Enja derita.

Malam harinya, saat memandangi Enja untuk melukis wajahnya sambil duduk di kursi dekat kasur, tiba-tiba aku terkejut, "Ahh!"
Hingga jatuh dari kursi, "Aduh!" Kepalaku kejedot rangka kasur.

Sambil memegangi kepalaku, aku melihat Enja yang tiba-tiba bangun dari pingsan. Dia juga langsung memegangi kepalanya. Karena kami melakukan hal yang sama membuatku berpikir dalam hati, 'Apa kami jodoh!'
Saat Enja menunjukan ekspresi sakit. Dengan gugup aku bicara, "Kepalamu sepertinya terbentur batu di sungai, jangan dipegang nanti lukanya terbuka lagi!"
Aku semakin deg-degan saat dia melihatku, "Siapa kamu? Apa yang terjadi?" Tanyanya.
Ku mencoba menjawab, "Namaku Huja. Tadi kamu pingsan di tepi sungai. Ayahku yang membawa dan mengganti pakaianmu dengan pakaian yang kering."
Tatapan tajam diarahkan padaku, "Terus siapa namaku? Aaakh! "Dia berteriak sambil memegangi kepalanya.
Aku panik dan segera mengambil Life Note di meja dan menyerahkannya, "Namamu Enja, silahkan lihat buku milikmu ini, sama-sama terbakar sepertimu, di dalamnya masih utuh dan tertulis namamu!"

Dia lalu menanyakan hal yang tidak bisaku jawab, "Kenapaku terluka?"
Aku membalasnya, "Sebaiknya jangan kamu ingat kejadian buruk itu."
Wajah Enja penuh kebingungan ketika mengambil buku Life Note dari tanganku.
Sepertinya dia juga tidak ingat mengenai buku Life Note itu. Terlihat dari tatapan kebingungannya. Aku mencoba mengajaknya bicara lagi, "Kamu mau makan apa?.'"
Dia melihatku sambil bicara mengerikan, "Darah!" dan melepaskan buku Life Note hingga jatuh ke lantai seakan itu bukan buku kesayangannya seperti yang ku pikir di awal.

Aku terdiam saat dia beranjak dari kasurnya dan mendekatiku.

(Bersambung)

Posting Komentar