Kembalinya Sosok Yang Hilang (Part 46)
Penampakan Yani yang tidak biasa membuat Aliya ketakutan, matanya yang selalu bersinar jika melihat gadis muda yang punya organ segar seketika sirna dan menjadi jijik ketika mengingat sosok mirip kuyang dengan organ tubuh yang terjuntai di jendela tadi. Tanggapan Aliya pun yang biasanya sopan ke orang berubah terhadap Yani, "Menjauh dariku!"
Tiba-tiba datang seorang penjaga keamanan pria, "Nona, ada ledakan Bom di tiga tempat rumah sakit ini, Tempat penyimpanan organ, Labotorium, dan Kantor anda!"
Aliya benar-benar kaget, ''Apa? Jadi pecahan kaca jendela tadi, itu dampak dari ledakan Bom!"
Dibalas oleh penjaga keamanan dengan cemas, "Kemungkinan iya Nona. Dampak salah satu ledakannya sampai ke sini walaupun jarak tempat ini jauh."
Dengan kesal, Aliya mendorong Yani dan segera pergi menuju kantornya untuk menyelamatkan berkas penting.
Dua perawat dan petugas keamanan juga segera mendampingi Aliya pergi.
Kini hanya Yani yang berada di ruangan Inda. Yani mendekati Inda yang sedang terikat dan mulut disumpal kain. Inda yang melihat Yani cemas karena tidak mengingatnya. Kemudian Yani mengambil kain yang menyumpal mulut Inda. Melihat kebaikan Yani, Inda mulai mengingat sosok gadis yang pernah menolongnya di dekat hutan, dia lalu bertanya untuk memastikan, "Kamu gadis yang tinggal di dalam hutan dan suka menakut nakuti preman itukan?"
Sambil melepaskan ikatan di tangan dan kaki Inda, Yani menjawab, "Iya, aku bertemu dengan kekasihmu, Aga, di tepi sungai di dalam hutan. Dia yang memintaku untuk menjengukmu di rumah sakit terdekat karena mengkhawatirkan keadaanmu yang tertembak."
Penjelasan Yani membuat Inda tercengang. Dia ingin Aga yang menolongnya langsung seperti kebanyakan drama Korea yang dia tonton. Tapi nyatanya tidak. Meskipun senang hingga pipi memerah karena diperhatikan Aga, masih ada kekecewaan dalam diri Inda.
Ketika ikatan di tangan kaki dan tangan Inda terlepas, Yani mencoba mengobati perut Inda yang terluka ringan bekas goresan pisau Aliya. Saat itu Inda kembali bertanya dengan rasa cemas, "Kamu mengenal Aga?"
Yani menjawabnya sambil memperban perut Inda, "Aku dan Aga pernah hidup bersama anak-anak lainnya yang terlantar di Panti Anak. Di sana kami diajarkan banyak kemampuan untuk menguasai segala jenis bidang usaha dan keahlian berbagai pekerjaan oleh kak Sanja pemilik Panti Anak...
...Berkat kak Sanja kami yang dulu dianggap sampah, sekarang menjadi berharga. Itu membuat kemampuan yang kami miliki, diinginkan banyak orang...
...Ketika kak Sanja tiada. Tempat kami tinggal diambil orang-orang berkuasa. Lalu kami diberikan ke sembarangan orang tua untuk diadobsi tanpa syarat untuk dimanfaatkan. Aku memilih jalan hidup berbeda dari Aga yang memilih ingin merasakan punya Orang tua. Dia rela bekerja disegala bidang dengan kemampuan yang dia miliki, tapi semua gajinya diberikan kepada orang tua angkatnya."
Seketika penjelasan Yani membuat Inda terkejut dan segera bangkit dari tempat tidurnya, "Itu kenapa, kamar Aga hampir tidak ada isinya sama sekali. Dia tidak diberikan uang untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Berbeda denganku yang selalu mendapatkan yang ku inginkan. Hiks." Ucap Inda sambil menangis dan menutupi wajahnya.
Selesai mengobati Inda, Yani beranjak pergi sambil bicara, ''Aku tidak mau sepertinya, jadi memilih hidup sendiri di tengah hutan dengan kemampuan yang ku miliki. Aku tinggal di tempat gadis bernama Embun dulu tinggal. Kini dia juga telah tiada."
Inda teringat kemampuan Yani menakut-nakuti dengan hal mistis dan kemampuan Aga menyusup hingga membunuh orang dengan mudah tanpa bertarung, "Kak Sanja pasti kecewa dengan kalian yang telah menyalahgunakan kemampuan yang dia berikan dan Embun pasti tidak suka rumahnya ditempati seseorang yang suka melakukan teror." Ucap Inda berusaha menyadarkan Yani.
Dibalas dengan amarah oleh Yani, " Aku menemukan Embun saat diperintah Ken alias Aga mencari penolongnya Agi. Saat aku di depan rumah Agi aku mendapati Embun yang pingsan dengan luka kecil di kepalanya. Tetangga Agi bilang karena benturan saat Embun jatuh. Saat tetangga Agi membawa Embun ke rumah sakit, aku pergi mengabari Aga. Dan di rumah sakit kami diberitahu Embun tewas dengan alasan gegar Otak oleh pihak rumah sakit. Kami yang ingin menjenguknya dengan rasa tepukul harus membawa jasadnya untuk dikuburkan...
... Kami juga mendengar penjelasan tetangga Agi bahwa Agi menyumbangkan tubuhnya sebagai penelitian di rumah sakit itu, Aga meminta mengambil jasad Agi. Karena saat itu Aga bekerja di kepolisian, kami diizinkan...
...Ketika kami bawa tubuh Agi dan Embun, mereka sama-sama mempunyai berat badan yang ringan. Aku memeriksa keadaan tubuh Embun dan ternyata penuh jahitan. Kami yakini organ tubuh Embun diambil. Aga mendatangi rumah sakit dengan amarah, tapi pihak rumah sakit mengatakan mereka tidak tahu dan menuduh ada pencuri organ tubuh saat jasad Embun di tempatkan di kamar mayat. Aga percaya ucapan Aliya dari pihak rumah sakit, tapi aku tidak. Aku yakin pihak rumah sakit melakukan itu, tapi aku tidak punya bukti. Hanya karena Embun tidak punya keluarga mereka tega melakukan itu. Nasib Embun sama dengan kami, tidak punya keluarga. Yang membedakan, kami memiliki kemampuan dari kak Sanja sedangkan Embun tidak. Yang membuat kami tidak mudah dikalahkan begitu saja." Ucap Yani kemudian pergi.
Saat di depan pintu keluar, mereka dikejutkan dengan Polisi yang menghalangi sambil memegang gunting dan perutnya yang berdarah, "Gadis Merah, apa yang kau lakukan pada kami?" Ucap Polisi itu kepada Yani berpakaian serba merah.
Yani menjawab, "Kalian memberikan info palsu, aku menanyakan keberadaan gadis yang tertembak oleh Polisi seperti dikatakan temanku Aga. Tapi kalian bilang tidak ada. Jadi kalian pantas menerima tusukanku."
Polisi yang marah mencoba menodongkan pistol.
Sambil melepaskan kain syal yang menutupi lehernya, Yani bicara, "Sebenarnya aku tidak ingin memperlihatkannya. Tapi apa boleh buat."
Seketika polisi tersebut ambruk tak bergerak.
(Bersambung)
Tiba-tiba datang seorang penjaga keamanan pria, "Nona, ada ledakan Bom di tiga tempat rumah sakit ini, Tempat penyimpanan organ, Labotorium, dan Kantor anda!"
Aliya benar-benar kaget, ''Apa? Jadi pecahan kaca jendela tadi, itu dampak dari ledakan Bom!"
Dibalas oleh penjaga keamanan dengan cemas, "Kemungkinan iya Nona. Dampak salah satu ledakannya sampai ke sini walaupun jarak tempat ini jauh."
Dengan kesal, Aliya mendorong Yani dan segera pergi menuju kantornya untuk menyelamatkan berkas penting.
Dua perawat dan petugas keamanan juga segera mendampingi Aliya pergi.
Kini hanya Yani yang berada di ruangan Inda. Yani mendekati Inda yang sedang terikat dan mulut disumpal kain. Inda yang melihat Yani cemas karena tidak mengingatnya. Kemudian Yani mengambil kain yang menyumpal mulut Inda. Melihat kebaikan Yani, Inda mulai mengingat sosok gadis yang pernah menolongnya di dekat hutan, dia lalu bertanya untuk memastikan, "Kamu gadis yang tinggal di dalam hutan dan suka menakut nakuti preman itukan?"
Sambil melepaskan ikatan di tangan dan kaki Inda, Yani menjawab, "Iya, aku bertemu dengan kekasihmu, Aga, di tepi sungai di dalam hutan. Dia yang memintaku untuk menjengukmu di rumah sakit terdekat karena mengkhawatirkan keadaanmu yang tertembak."
Penjelasan Yani membuat Inda tercengang. Dia ingin Aga yang menolongnya langsung seperti kebanyakan drama Korea yang dia tonton. Tapi nyatanya tidak. Meskipun senang hingga pipi memerah karena diperhatikan Aga, masih ada kekecewaan dalam diri Inda.
Ketika ikatan di tangan kaki dan tangan Inda terlepas, Yani mencoba mengobati perut Inda yang terluka ringan bekas goresan pisau Aliya. Saat itu Inda kembali bertanya dengan rasa cemas, "Kamu mengenal Aga?"
Yani menjawabnya sambil memperban perut Inda, "Aku dan Aga pernah hidup bersama anak-anak lainnya yang terlantar di Panti Anak. Di sana kami diajarkan banyak kemampuan untuk menguasai segala jenis bidang usaha dan keahlian berbagai pekerjaan oleh kak Sanja pemilik Panti Anak...
...Berkat kak Sanja kami yang dulu dianggap sampah, sekarang menjadi berharga. Itu membuat kemampuan yang kami miliki, diinginkan banyak orang...
...Ketika kak Sanja tiada. Tempat kami tinggal diambil orang-orang berkuasa. Lalu kami diberikan ke sembarangan orang tua untuk diadobsi tanpa syarat untuk dimanfaatkan. Aku memilih jalan hidup berbeda dari Aga yang memilih ingin merasakan punya Orang tua. Dia rela bekerja disegala bidang dengan kemampuan yang dia miliki, tapi semua gajinya diberikan kepada orang tua angkatnya."
Seketika penjelasan Yani membuat Inda terkejut dan segera bangkit dari tempat tidurnya, "Itu kenapa, kamar Aga hampir tidak ada isinya sama sekali. Dia tidak diberikan uang untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Berbeda denganku yang selalu mendapatkan yang ku inginkan. Hiks." Ucap Inda sambil menangis dan menutupi wajahnya.
Selesai mengobati Inda, Yani beranjak pergi sambil bicara, ''Aku tidak mau sepertinya, jadi memilih hidup sendiri di tengah hutan dengan kemampuan yang ku miliki. Aku tinggal di tempat gadis bernama Embun dulu tinggal. Kini dia juga telah tiada."
Inda teringat kemampuan Yani menakut-nakuti dengan hal mistis dan kemampuan Aga menyusup hingga membunuh orang dengan mudah tanpa bertarung, "Kak Sanja pasti kecewa dengan kalian yang telah menyalahgunakan kemampuan yang dia berikan dan Embun pasti tidak suka rumahnya ditempati seseorang yang suka melakukan teror." Ucap Inda berusaha menyadarkan Yani.
Dibalas dengan amarah oleh Yani, " Aku menemukan Embun saat diperintah Ken alias Aga mencari penolongnya Agi. Saat aku di depan rumah Agi aku mendapati Embun yang pingsan dengan luka kecil di kepalanya. Tetangga Agi bilang karena benturan saat Embun jatuh. Saat tetangga Agi membawa Embun ke rumah sakit, aku pergi mengabari Aga. Dan di rumah sakit kami diberitahu Embun tewas dengan alasan gegar Otak oleh pihak rumah sakit. Kami yang ingin menjenguknya dengan rasa tepukul harus membawa jasadnya untuk dikuburkan...
... Kami juga mendengar penjelasan tetangga Agi bahwa Agi menyumbangkan tubuhnya sebagai penelitian di rumah sakit itu, Aga meminta mengambil jasad Agi. Karena saat itu Aga bekerja di kepolisian, kami diizinkan...
...Ketika kami bawa tubuh Agi dan Embun, mereka sama-sama mempunyai berat badan yang ringan. Aku memeriksa keadaan tubuh Embun dan ternyata penuh jahitan. Kami yakini organ tubuh Embun diambil. Aga mendatangi rumah sakit dengan amarah, tapi pihak rumah sakit mengatakan mereka tidak tahu dan menuduh ada pencuri organ tubuh saat jasad Embun di tempatkan di kamar mayat. Aga percaya ucapan Aliya dari pihak rumah sakit, tapi aku tidak. Aku yakin pihak rumah sakit melakukan itu, tapi aku tidak punya bukti. Hanya karena Embun tidak punya keluarga mereka tega melakukan itu. Nasib Embun sama dengan kami, tidak punya keluarga. Yang membedakan, kami memiliki kemampuan dari kak Sanja sedangkan Embun tidak. Yang membuat kami tidak mudah dikalahkan begitu saja." Ucap Yani kemudian pergi.
Saat di depan pintu keluar, mereka dikejutkan dengan Polisi yang menghalangi sambil memegang gunting dan perutnya yang berdarah, "Gadis Merah, apa yang kau lakukan pada kami?" Ucap Polisi itu kepada Yani berpakaian serba merah.
Yani menjawab, "Kalian memberikan info palsu, aku menanyakan keberadaan gadis yang tertembak oleh Polisi seperti dikatakan temanku Aga. Tapi kalian bilang tidak ada. Jadi kalian pantas menerima tusukanku."
Polisi yang marah mencoba menodongkan pistol.
Sambil melepaskan kain syal yang menutupi lehernya, Yani bicara, "Sebenarnya aku tidak ingin memperlihatkannya. Tapi apa boleh buat."
Seketika polisi tersebut ambruk tak bergerak.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar