Kuburan Dekat Sekolah (Part 14)
Kak Enja melepaskan jaketnya di depanku, "Apa yang kamu lihat?"
Aku takut, tapi tetap memberanikan diri menjawab, "Dada kakak yang bidang dan kekar!"
Kakak malah tersenyum, membuatku semakin cemas. Lalu dia mendekat, "Aku masih mengenakan kaos. Apa matamu tembus pandang?"
Aku dengan gugup menjawab, "Tapi baju kakak ketat."
Dia duduk di meja yang ada di hadapanku untuk minum sebentar, "Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Jika kamu ingin tahu kenapa mereka takut denganku. Itu karena baju yang ku kenakan."
Aku baru sadar, kak Enja mengenakan baju bertuliskan 'Turn Back Crime' , ciri khas kepolisian. Itu semakin membuatku penasaran. Aku lalu duduk di meja yang sama, "Jangan bilang pekerjaan kakak itu polisi!"
Setelah mencicipi kue yang ku bawa, kak Enja yang selalu murah senyum, tersenyum kembali, "Lebih tepatnya pembantu kepolisian di bagian penyelidikan."
Dia kemudian bangun dan membawa piring dan gelas yang sudah kosong, "Senja sudah mulai berakhir. Sebentar lagi gelap. Kaca jendela di ruang tamu sudah selesai diperbaiki. Ayo kita masuk."
Aku menghampiri kakak, "Biar aku aja yang bawa kak!"
Dia tidak henti-hentinya memukauku dengan senyumannya, "Biar aku yang cuci sekalian. Kamu istirahat saja."
Yang seharusnya istirahat itu kak Enja, karena sudah bekerja berat. Tapi aku tidak keberatan kakak meringankan bebanku. Jadi aku membiarkannya.
...
Pagi harinya aku pergi ke sekolah diantar oleh Buna dengan mobilnya. Sedangkan kak Enja, dia tidak ikut karena akan dijemput oleh seseorang. Ahaya yang dekat dengan kak Enja sudah dipenjara. Berarti bukan dia. Walaupun aku ingin tahu, tapi aku juga harus segera ke sekolah biar tidak terlambat.
Sebenarnya aku tidak ingin bersama Buna. Tapi aku terpaksa mau untuk menjaga perasaannya.
Di pertengah perjalanan. Buna mengambil jalan yang tidak biasa, membuatku kaget, "Kenapa kita lewat jalan ini!"
Buna melihatku dengan tatapan kosong, "Ini jalan pintas." Ucapnya dengan nada datar.
Aku menjadi merinding.
Tiba-tiba kami berhenti di kuburan. Aku dengan takut bertanya, "Ngapain kita ke sini Buna? Kalau ingin pacarankan bisa di taman."
Dia tidak menjawab pertanyaanku, "Kamu tunggu di sini." Ucapnya masih dengan nada datar.
Aku ditinggalkan sendiri di dalam mobil. Suasana semakin sunyi.
"AHHH!!!" Aku kaget. Ada burung Gagak yang tiba-tiba muncul dan mendarat di muka kaca mobil.
Cuma sebentar kemudian ia pergi. Apa ini petanda buruk?
Karena lama dan hampir masuk jam pelajaran pertama. Aku memberanikan diri menyusul Buna ke dalam area kuburan.
Dengan perasaan takut aku memanggil, "Buna, kamu di mana?"
Tapi yang muncul sesuatu yang menyeramkan. Tiba-tiba sebuah kuburan mendadak mengeluarkan air dan kemudian isinya terlihat mau keluar.
"AAAA...!!!" Teriakku sekencang-kencangnya. Aku berlari keluar dari area kuburan. Lebih baik aku ke sekolah dengan jalan kaki saja. Pikirku.
Seakan sekolah tidak ingin aku datang. Aku tersesat di kuburan karena banyak pohon besar yang sama di sini.
Aku berjongkok ketakutan, "Tolong!!!" Teriakku.
Celakanya teriakanku di dengar penghuni di sini, sosok misterius berdiri di hadapanku dengan keadaan basah.
(Bersambung)
Aku takut, tapi tetap memberanikan diri menjawab, "Dada kakak yang bidang dan kekar!"
Kakak malah tersenyum, membuatku semakin cemas. Lalu dia mendekat, "Aku masih mengenakan kaos. Apa matamu tembus pandang?"
Aku dengan gugup menjawab, "Tapi baju kakak ketat."
Dia duduk di meja yang ada di hadapanku untuk minum sebentar, "Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Jika kamu ingin tahu kenapa mereka takut denganku. Itu karena baju yang ku kenakan."
Aku baru sadar, kak Enja mengenakan baju bertuliskan 'Turn Back Crime' , ciri khas kepolisian. Itu semakin membuatku penasaran. Aku lalu duduk di meja yang sama, "Jangan bilang pekerjaan kakak itu polisi!"
Setelah mencicipi kue yang ku bawa, kak Enja yang selalu murah senyum, tersenyum kembali, "Lebih tepatnya pembantu kepolisian di bagian penyelidikan."
Dia kemudian bangun dan membawa piring dan gelas yang sudah kosong, "Senja sudah mulai berakhir. Sebentar lagi gelap. Kaca jendela di ruang tamu sudah selesai diperbaiki. Ayo kita masuk."
Aku menghampiri kakak, "Biar aku aja yang bawa kak!"
Dia tidak henti-hentinya memukauku dengan senyumannya, "Biar aku yang cuci sekalian. Kamu istirahat saja."
Yang seharusnya istirahat itu kak Enja, karena sudah bekerja berat. Tapi aku tidak keberatan kakak meringankan bebanku. Jadi aku membiarkannya.
...
Pagi harinya aku pergi ke sekolah diantar oleh Buna dengan mobilnya. Sedangkan kak Enja, dia tidak ikut karena akan dijemput oleh seseorang. Ahaya yang dekat dengan kak Enja sudah dipenjara. Berarti bukan dia. Walaupun aku ingin tahu, tapi aku juga harus segera ke sekolah biar tidak terlambat.
Sebenarnya aku tidak ingin bersama Buna. Tapi aku terpaksa mau untuk menjaga perasaannya.
Di pertengah perjalanan. Buna mengambil jalan yang tidak biasa, membuatku kaget, "Kenapa kita lewat jalan ini!"
Buna melihatku dengan tatapan kosong, "Ini jalan pintas." Ucapnya dengan nada datar.
Aku menjadi merinding.
Tiba-tiba kami berhenti di kuburan. Aku dengan takut bertanya, "Ngapain kita ke sini Buna? Kalau ingin pacarankan bisa di taman."
Dia tidak menjawab pertanyaanku, "Kamu tunggu di sini." Ucapnya masih dengan nada datar.
Aku ditinggalkan sendiri di dalam mobil. Suasana semakin sunyi.
"AHHH!!!" Aku kaget. Ada burung Gagak yang tiba-tiba muncul dan mendarat di muka kaca mobil.
Cuma sebentar kemudian ia pergi. Apa ini petanda buruk?
Karena lama dan hampir masuk jam pelajaran pertama. Aku memberanikan diri menyusul Buna ke dalam area kuburan.
Dengan perasaan takut aku memanggil, "Buna, kamu di mana?"
Tapi yang muncul sesuatu yang menyeramkan. Tiba-tiba sebuah kuburan mendadak mengeluarkan air dan kemudian isinya terlihat mau keluar.
"AAAA...!!!" Teriakku sekencang-kencangnya. Aku berlari keluar dari area kuburan. Lebih baik aku ke sekolah dengan jalan kaki saja. Pikirku.
Seakan sekolah tidak ingin aku datang. Aku tersesat di kuburan karena banyak pohon besar yang sama di sini.
Aku berjongkok ketakutan, "Tolong!!!" Teriakku.
Celakanya teriakanku di dengar penghuni di sini, sosok misterius berdiri di hadapanku dengan keadaan basah.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar