Mandi Sambil Diawasi (Part 11)
Aku kaget hingga terjatuh ke lantai melihat sosok wanita berdiri di depanku ketika pintu tiba-tiba terbuka. Kumbang yang menyaksikan itu langsung bicara, "Mawar, ngapain kamu ke sini?"
Sepertinya wanita cantik tapi berekspresi datar ini bernama Mawar. Tanpa menjawab pertanyaan Kumbang dia kemudian masuk lalu mengunci pintu dengan mengesekan kartu yang dia pegang dan menekan sandi angka di samping pintu.
Mawar menatap tajam ke arahku seperti duri yang menusuk ke wajahku, "Karena kamu perempuan, Nyonya Rina memintaku mengawasimu."
Mawar meletakan empat kotak makanan yang dibawanya di meja yang terdapat di gudang ini. Kemudian memberikanku sebuah tas yang dia pakai, "Di dalamnya ada kebutuhan wanitamu dan juga pakaian. Mandilah dan bersihkan tubuhmu di kamar mandi itu!" Perintahnya sambil menunjuk ke arah kamar mandi di samping kamar kecil yang masih berada di dalam gudang.
Aku segera mengambilnya. Karena tubuhku memang terasa tidak nyaman. Lalu ku bergegas masuk kamar mandi.
Sambil mandi aku berpikir ibu Rina ingin aku tampil bersih, mungkin dia sudah bertemu dengan ayah dan ayah ingin melihat keadaanku langsung. Di sisi lain aku sedih jika ayah menduakan ibu dengan bersama Bintang demi aku. Tapi, aku juga berharap segera pergi dari tempat ini. Aku benar-benar bingung.
Setelah mandi kami makan bersama. Selesai makan tiba-tiba terdengar suara hembusan angin dari luar.
"Huss, Hss, Ss!"
Suara aneh itu membuat Mawar takut, "Elang, cepat lihat ada apa di luar?"
Kumbang langsung memegang tanganku erat, mencegahku melarikan diri.
Elang lalu membuka pintu, "Tidak ada siapa-siapa!"
Mawar mendorong Elang, "Coba kamu lihat di samping gudang. Suara mirip Ular itu terdengar dari sana. Itu makananmu kan..."
Elang menatap cemberut ke arah Mawar, "Jangan samakan aku dengan burung Elang asli..."
Seakan tidak menghiraukan ucapan Elang, Mawar kembali menyuruhnya, "Udah cepat terbang ke sana. Jangan kecewakan ibumu yang memberikan nama itu."
Elang terlihat emosi, "Kata-katamu menusuk seperti duri bunga Mawar. Kamu boleh mengejekku tapi jangan mengejek ibuku." Dia lalu pergi ke samping gudang.
Lama menunggu, Mawar terlihat khawatir. Elang belum datang juga tapi suara hembusan angin mirip ular masih terdengar.
"Huss, Hss, Ss!"
Mawar kembali memerintah Kumbang, "Cepat kamu lihat Elang. Aku takut dia kenapa-kenapa?"
Tanpa banyak bicara, Kumbang bergerak cepat seperti serangga Kumbang asli. Entah dia takut temannya dalam bahaya atau membalas perlakuan Mawar yang tidak menjawab pertanyaannya.
Mawar langsung menggantikan Kumbang memegangi tanganku.
Pintu dibiarkan terbuka. Baik Elang maupun Kumbang tidak kunjung tiba. Hanya suara seperti ular itu yang terdengar.
"Huss, Hss, Ss!"
Mawar khawatir sekaligus emosi, "Sialan, mereka terbang ke mana sih? Gak balik-balik ke sarang."
Ucapan Mawar memang agak aneh. Tapi aku tahu maksudnya. Elang dan Kumbang yang pergi entah ke mana hingga tidak balik ke gudang.
Mawar lalu meninggalkanku di gudang. Dia keluar dan mengunci pintu dari luar. Saat aku mencoba membuka pintu tidak bisa. Tiba-tiba tidak terdengar lagi suara aneh itu. Tapi, mereka juga tidak kunjung tiba. Aku takut terkunci di gudang sendirian. Aku berteriak, "Tolong! Siapapun tolong aku."
Kemudian pintu bergerak dan terbuka sendiri.
Badanku gemetar melihat sosok bukan manusia di balik pintu itu.
(Bersambung)
Sepertinya wanita cantik tapi berekspresi datar ini bernama Mawar. Tanpa menjawab pertanyaan Kumbang dia kemudian masuk lalu mengunci pintu dengan mengesekan kartu yang dia pegang dan menekan sandi angka di samping pintu.
Mawar menatap tajam ke arahku seperti duri yang menusuk ke wajahku, "Karena kamu perempuan, Nyonya Rina memintaku mengawasimu."
Mawar meletakan empat kotak makanan yang dibawanya di meja yang terdapat di gudang ini. Kemudian memberikanku sebuah tas yang dia pakai, "Di dalamnya ada kebutuhan wanitamu dan juga pakaian. Mandilah dan bersihkan tubuhmu di kamar mandi itu!" Perintahnya sambil menunjuk ke arah kamar mandi di samping kamar kecil yang masih berada di dalam gudang.
Aku segera mengambilnya. Karena tubuhku memang terasa tidak nyaman. Lalu ku bergegas masuk kamar mandi.
Sambil mandi aku berpikir ibu Rina ingin aku tampil bersih, mungkin dia sudah bertemu dengan ayah dan ayah ingin melihat keadaanku langsung. Di sisi lain aku sedih jika ayah menduakan ibu dengan bersama Bintang demi aku. Tapi, aku juga berharap segera pergi dari tempat ini. Aku benar-benar bingung.
Setelah mandi kami makan bersama. Selesai makan tiba-tiba terdengar suara hembusan angin dari luar.
"Huss, Hss, Ss!"
Suara aneh itu membuat Mawar takut, "Elang, cepat lihat ada apa di luar?"
Kumbang langsung memegang tanganku erat, mencegahku melarikan diri.
Elang lalu membuka pintu, "Tidak ada siapa-siapa!"
Mawar mendorong Elang, "Coba kamu lihat di samping gudang. Suara mirip Ular itu terdengar dari sana. Itu makananmu kan..."
Elang menatap cemberut ke arah Mawar, "Jangan samakan aku dengan burung Elang asli..."
Seakan tidak menghiraukan ucapan Elang, Mawar kembali menyuruhnya, "Udah cepat terbang ke sana. Jangan kecewakan ibumu yang memberikan nama itu."
Elang terlihat emosi, "Kata-katamu menusuk seperti duri bunga Mawar. Kamu boleh mengejekku tapi jangan mengejek ibuku." Dia lalu pergi ke samping gudang.
Lama menunggu, Mawar terlihat khawatir. Elang belum datang juga tapi suara hembusan angin mirip ular masih terdengar.
"Huss, Hss, Ss!"
Mawar kembali memerintah Kumbang, "Cepat kamu lihat Elang. Aku takut dia kenapa-kenapa?"
Tanpa banyak bicara, Kumbang bergerak cepat seperti serangga Kumbang asli. Entah dia takut temannya dalam bahaya atau membalas perlakuan Mawar yang tidak menjawab pertanyaannya.
Mawar langsung menggantikan Kumbang memegangi tanganku.
Pintu dibiarkan terbuka. Baik Elang maupun Kumbang tidak kunjung tiba. Hanya suara seperti ular itu yang terdengar.
"Huss, Hss, Ss!"
Mawar khawatir sekaligus emosi, "Sialan, mereka terbang ke mana sih? Gak balik-balik ke sarang."
Ucapan Mawar memang agak aneh. Tapi aku tahu maksudnya. Elang dan Kumbang yang pergi entah ke mana hingga tidak balik ke gudang.
Mawar lalu meninggalkanku di gudang. Dia keluar dan mengunci pintu dari luar. Saat aku mencoba membuka pintu tidak bisa. Tiba-tiba tidak terdengar lagi suara aneh itu. Tapi, mereka juga tidak kunjung tiba. Aku takut terkunci di gudang sendirian. Aku berteriak, "Tolong! Siapapun tolong aku."
Kemudian pintu bergerak dan terbuka sendiri.
Badanku gemetar melihat sosok bukan manusia di balik pintu itu.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar