Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Melawan Takdir Yang Digariskan (Part 38)

Author
Published Sabtu, Juli 07, 2018
Melawan Takdir Yang Digariskan (Part 38)
Saat Aga menyeret tubuh ketiga pria yang tergeletak, Inda dengan wajah cemas mencegahnya. Inda memegang tangan Aga yang terluka karena digunakan untuk melindungi wajah saat dipukuli tadi, "Bagaimana bisa kamu membunuh mereka tanpa senjata apapun?"
Aga melihat ke arah Inda, "Saat mereka memukuliku, aku menggunakan jariku untuk mematahkan tulang rusuk mereka hingga menusuk paru-parunya."
Mendengar itu, Inda melepaskan tangan Aga.

Lalu Aga membuang tubuh ketiga pria satu persatu ke jurang samping jalan.
Hal itu kemudian dikomentari Inda kembali, "Kamu membuat kematian mereka seakan-akan karena kecelakaan?"
Aga menghampiri Inda yang terlihat berkeringat karena takut, "Mulut mereka tercium bau Alkohol. Anggap saja mereka berjalan dalam keadaan mabuk sehingga terjatuh ke jurang. Artinya mereka yang mencelakai diri mereka sendiri!"
Inda gemetar, "Aku akan menganggapnya begitu. Tapi kamu memang cowok baik karena telah menyelamatkanku dengan mengalahkan pria jahat itu." Ucapnya agar Aga tidak marah.
Kemudian Aga melanjutkan perjalanannya.

Meski takut Inda mengejar Aga hingga berjalan di sampingnya, "Darahmu terus keluar. Nanti kamu kehabisan darah?" Ucap Inda khawatir.
Aga menjawabnya dingin, "Aku akan tetap hidup selama kamu ada di sampingku." Ucap Aga karena hanyalah Inda yang rela mendonorkan darahnya secara percuma.
Ketakutan Inda berubah jadi senang, dalam hati dia berpikir, "Aga menganggapku sangat penting baginya. Hatinya pasti ada namaku."

Tiba-tiba Aga berhenti dan suara Aliya terdengar, "Aga, mengenai tawaranmu kemaren. Aku setuju."
Inda melihat ke arah Aliya. Dia kaget tujuan Aga adalah rumah sakit tempat Aliya bekerja.
Aga lalu mengeluarkan Hpnya dan menyerahkannya ke Inda, "Aku ingin kamu memotoku bersama Aliya. Momen bahagia ini tidak akan ku lewatkan."

Inda terperangah tidak percaya. Hatinya sangat sedih. Sambil mencoba memotret dia menangis. Karena tangan Inda gemetar. Aliya menegurnya, "Kamu tidak apa-apa Inda?
Inda tidak sanggup bicara. Lalu Aga yang menjawab, "Tidak perlu khawatir. Inda sudah terbiasa menangis. Mungkin itu hobinya."
Tangisan Inda semakin keras, "Aaaa...!" Membuat Aga memarahinya, "Foto cepatan Inda. Aku ingin jalan sama Aliya setelah ini."
"Brakkk" Tiba-tiba Aga jatuh pingsan kembali.
Seseorang perawat datang dan bicara kepada Aliya, "Dokter, satu jasad di kamar mayat. Menghilang!"
Aliya gemetar saat melihat Aga yang tergeletak.

(Bersambung)

Posting Komentar