Melihat Yang Tak Terlihat (Part 1)
Saat jalan bersama Yena melewati hutan untuk pulang sekolah. Aku mengajaknya melewati jalan pintas yang belum pernah dia lewati. Di tengah perjalananan dia ragu melewati pohon besar.
Aku bilang, "Ini siang. Buat apa takut."
Dia jawab, "Ada orang di sana. Serem."
Aku tentu tidak percaya, "Tidak ada. Halusinasi kamu aja mungkin. Cepat kita pergi. Biar cepat sampai."
Aku memaksanya dan akhirnya dia mau. Hingga sesampainya kami di rumah masing-masing tidak terjadi apa-apa.
Keesokan harinya di sekolah. Dia terlihat aneh. Dia yang pemalu. Terlihat periang. Menebar senyuman ke pelajar yang dia temui.
"Hei, kamu sakit ya? Kok beda."
"Beda apanya. Ini aku." Jawabnya percaya diri.
Saat pulang, dia yang paling dulu ke luar kelas dan tiba-tiba ditabrak siswa kelas lain.
"Maaf. Aku tidak sengaja."
Temanku terlihat kebingungan.
"Kok aku ada di sini."
Temanku tidak menyahut permintaan maaf siswa itu. Jadi aku yang menjawabnya.
"Temanku yang salah. Tidak apa-apa. Dia memang agak sakit hari ini."
"Sekali lagi maaf. Aku buru-buru." Siswa itu kemudian pergi.
Aku bantu temanku berdiri.
"Seharusnyakan aku baru bangun tidur di kasur." Keluhnya.
Ini temanku benar-benar gak waras pikirku.
"Hai." Sapa siswa lain padanya.
Dia bukan balas senyumannya malah tertunduk malu. Aneh.
(Bersambung)
Aku bilang, "Ini siang. Buat apa takut."
Dia jawab, "Ada orang di sana. Serem."
Aku tentu tidak percaya, "Tidak ada. Halusinasi kamu aja mungkin. Cepat kita pergi. Biar cepat sampai."
Aku memaksanya dan akhirnya dia mau. Hingga sesampainya kami di rumah masing-masing tidak terjadi apa-apa.
Keesokan harinya di sekolah. Dia terlihat aneh. Dia yang pemalu. Terlihat periang. Menebar senyuman ke pelajar yang dia temui.
"Hei, kamu sakit ya? Kok beda."
"Beda apanya. Ini aku." Jawabnya percaya diri.
Saat pulang, dia yang paling dulu ke luar kelas dan tiba-tiba ditabrak siswa kelas lain.
"Maaf. Aku tidak sengaja."
Temanku terlihat kebingungan.
"Kok aku ada di sini."
Temanku tidak menyahut permintaan maaf siswa itu. Jadi aku yang menjawabnya.
"Temanku yang salah. Tidak apa-apa. Dia memang agak sakit hari ini."
"Sekali lagi maaf. Aku buru-buru." Siswa itu kemudian pergi.
Aku bantu temanku berdiri.
"Seharusnyakan aku baru bangun tidur di kasur." Keluhnya.
Ini temanku benar-benar gak waras pikirku.
"Hai." Sapa siswa lain padanya.
Dia bukan balas senyumannya malah tertunduk malu. Aneh.
(Bersambung)
Sengaja pendek-pendek ya tulisannya. Lagi dibaca nih. Salam kenal. Eh siapa penulisnya?
BalasHapus