Menahan Tak Tertahankan (Part 27)
Aga kemudian bangun meski dalam keadaan duduk dan melepaskan cekramannya di tangan Inda. Dia menghadap Inda yang mulai gugup, "Aku tidak selemah yang kamu kira. Luka separah itu tidak akan bisa membuatku terbaring lama."
Inda tersenyum, "Jangan bilang, kamu masih kuat untuk mengantarku kuliah!"
Aga menyerahkan berkas ke tangan Inda, "Aku tidak akan bilang begitu. Tapi aku akan bilang, ini berkas lamaranku. Ini yang kamu inginkan untuk diantar ke perusahaan ayah temanmu itukan. Aliya membantuku menyiapkannya."
Inda kaget, dia sengaja tidak membahas surat lamaran itu untuk mengulur-ulur waktu dengan harapan punya alasan bertemu Aga lagi. Tapi Aga malah mengingatnya.
Inda menerima bahkan memeluk berkas yang diberikan Aga, "Pasti aku akan mengantarnya." Ucap Inda sambil bercucuran air mata karena sangat kecewa tapi dia sembunyikan dengan senyuman.
Aga bahkan tidak menanyakan kenapa Inda menangis. Indapun pergi.
Di dalam perjalanan Inda tidak bisa berlari. Hatinya terlalu sakit. Bahkan Inda terus memegangi dadanya. Inda tidak menyerah mengejar impiannya bisa lulus kuliah dan menjadi dokter untuk menyaingi Aliya. Dia lalu berusaha menelpon ojek Online tapi layar kaca ponselnya selalu buram akibat dibasahi air matanya yang terus menetes, "Sialan, kalau begini aku bisa terlambat."
Saat ponsel berhasil terhubung, Inda segera bicara, "Tolong jemput aku di..." Tiba-tiba ponsel Inda direbut oleh seorang pria. Inda mencoba mempertahankannya tapi tubuhnya terlalu lemah. Ponsel Inda berhasil direbut dan dibawa kabur, bahkan Inda jatuh tersungkur.
Dengan kesalnya, Inda terus memukul aspal, "Jahat! jahat! kalian semua." Hingga membuat tangan Inda terluka hingga berdarah. Tapi Inda tidak berhenti melakukan itu dan terus menyiksa dirinya.
Tiba-tiba ada yang mendekati Inda, "Aga! kamu datang untuk menolongku!"
Inda menjerit, "Aah..."
Aga bicara, "Aku suka mendengar jeritanmu!"
Inda yang merasakan kesakitan memohon, "Hentikan Aga!"
Aga berhenti menginjak tangan Inda.
Inda memegangi tangan kanannya yang terluka, "Kenapa kamu tega melakukan itu padaku!"
Aga membalasnya, "Aku cuma membantu menyakiti dirimu sendiri seperti yang sedang kamu lakukan."
Inda menutupi mukanya dan menangis sejadi-jadinya. Dia senang kedatangan Aga dan juga sedih Aga salah mengerti dirinya.
Saat hati Inda udah mulai baikan, dia membuka mata untuk menyapa Aga. Tapi alangkah kagetnya, saat melihat Aga tidak ada lagi. Justru Ojek Online yang ada dihadapannya.
(Bersambung)
Inda tersenyum, "Jangan bilang, kamu masih kuat untuk mengantarku kuliah!"
Aga menyerahkan berkas ke tangan Inda, "Aku tidak akan bilang begitu. Tapi aku akan bilang, ini berkas lamaranku. Ini yang kamu inginkan untuk diantar ke perusahaan ayah temanmu itukan. Aliya membantuku menyiapkannya."
Inda kaget, dia sengaja tidak membahas surat lamaran itu untuk mengulur-ulur waktu dengan harapan punya alasan bertemu Aga lagi. Tapi Aga malah mengingatnya.
Inda menerima bahkan memeluk berkas yang diberikan Aga, "Pasti aku akan mengantarnya." Ucap Inda sambil bercucuran air mata karena sangat kecewa tapi dia sembunyikan dengan senyuman.
Aga bahkan tidak menanyakan kenapa Inda menangis. Indapun pergi.
Di dalam perjalanan Inda tidak bisa berlari. Hatinya terlalu sakit. Bahkan Inda terus memegangi dadanya. Inda tidak menyerah mengejar impiannya bisa lulus kuliah dan menjadi dokter untuk menyaingi Aliya. Dia lalu berusaha menelpon ojek Online tapi layar kaca ponselnya selalu buram akibat dibasahi air matanya yang terus menetes, "Sialan, kalau begini aku bisa terlambat."
Saat ponsel berhasil terhubung, Inda segera bicara, "Tolong jemput aku di..." Tiba-tiba ponsel Inda direbut oleh seorang pria. Inda mencoba mempertahankannya tapi tubuhnya terlalu lemah. Ponsel Inda berhasil direbut dan dibawa kabur, bahkan Inda jatuh tersungkur.
Dengan kesalnya, Inda terus memukul aspal, "Jahat! jahat! kalian semua." Hingga membuat tangan Inda terluka hingga berdarah. Tapi Inda tidak berhenti melakukan itu dan terus menyiksa dirinya.
Tiba-tiba ada yang mendekati Inda, "Aga! kamu datang untuk menolongku!"
Inda menjerit, "Aah..."
Aga bicara, "Aku suka mendengar jeritanmu!"
Inda yang merasakan kesakitan memohon, "Hentikan Aga!"
Aga berhenti menginjak tangan Inda.
Inda memegangi tangan kanannya yang terluka, "Kenapa kamu tega melakukan itu padaku!"
Aga membalasnya, "Aku cuma membantu menyakiti dirimu sendiri seperti yang sedang kamu lakukan."
Inda menutupi mukanya dan menangis sejadi-jadinya. Dia senang kedatangan Aga dan juga sedih Aga salah mengerti dirinya.
Saat hati Inda udah mulai baikan, dia membuka mata untuk menyapa Aga. Tapi alangkah kagetnya, saat melihat Aga tidak ada lagi. Justru Ojek Online yang ada dihadapannya.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar