Mendatangi Tempat Tak Terbayangkan (Part 40)
Di luar kamar perawatan rumah sakit, Inda terdiam mendengar Aga tapi tidak melihat sosoknya. Aga kembali bicara, "Jika kamu mengikutiku. Kamu akan menemukanku."
Lalu Inda mengangguk. Aga melanjutkan bicara, "Di depanmu ada jurang. Terjunlah!"
Mendengar itu membuat Inda tercengang, "Apa Aga ingin aku mati?"
Meski takut dia tetap mendekati jurang. Saat di depan jurang, Inda baru tahu. Jurang itu tidak curam tapi menurun seperti bukit. Di bawahnya terdapat bangunan menyendiri. Inda tersenyum, "Aku sudah menduga, Aga tidak mungkin membuatku celaka!"
Inda lalu bersusah payah menuruni bukit tanah kering berbatuan, membuat pakaiannya kembali kotor saat tiba di bawah.
Inda terlihat kesal ketika melihat di samping jurang yang dia turuni terdapat tangga dengan jarak yang cukup jauh dari tempat dia berada, "Grrr, kenapa Aga gak bilang untuk turun di sini juga bisa menggunakan tangga?"
Kemudian Inda teringat keanehan suara Aga dapat terdengar tapi sosoknya tidak terlihat saat di lorong rumah sakit tadi. Dia lalu segera memasuki sebuah bangunan persegi sebesar kamar yang satu-satunya ada di sana.
Di dalam Inda terperangah melihat banyak layar monitor dan juga ada Aga yang duduk di depan layar itu. Terlihat juga di dekat Aga sebuah mikrofon kecil. Inda akhirnya tahu dan bicara dalam hati, 'Jadi ini yang membuat Aga dapat melihatku dari jauh dan juga bicara tanpa menemuiku'
Inda kemudian menanyakan sesuatu yang masih membuatnya penasaran, "Ini yang kamu maksud tempat kematian itu?"
Aga memegang tangan Inda dan mempersilahkannya duduk di bangku yang ada di sampingnya, "Ini ruang pengawasan CCTV rumah sakit, Aliya yang merupakan anak pemilik rumah sakit ini mengizinkanku menggunakannya!"
Mendengar itu Inda sangat senang, telah tahu yang dimaksud Aliya setuju adalah menerima tawaran Aga untuk menjadi pengawas CCTV.
Aga lalu menunjuk satu layar yang merekam kamar mayat, "Ini yang ku maksud tempat kematian!"
Inda kembali tersenyum hingga hampir tertawa dengan istilah yang diberikan Aga untuk menyebut kamar mayat, "Oh!"
Lalu Aga menyuruh Inda, "Kamu bisa bantu aku mengawasi ruangan itu?"
Senyuman terus tergambar di wajah Inda, "Iya, aku akan tetap di sini bersamamu. Meski hanya mengawasi satu ruangan saja." Tanpa peduli maksud Aga menyuruhnya hanya mengawasi kamar mayat, Inda mengiyakan dan mengganggapnya sedang kencan berdua dengan Aga di sini.
Senyuman Inda hilang seketika, saat menyadari Aga fokus mengawasi ruangan yang terdapat Aliya di sana. Saat Inda ingin marah, Aga bicara yang membuat Inda ketakutan, "Aku ingin memasak untuk Aliya jadi aku membutuhkanmu!" Sambil melihat tubuh Inda.
Hal itu membuat Inda jatuh dari kursi karena kaget. Sambil ngesot menjauhi Aga yang mendekatinya, Inda bicara, "Kamu ingin memasak tubuhku untuk kamu hidangkan ke Aliya! Kejam." Ucapnya sambil menangis.
(Bersambung)
Lalu Inda mengangguk. Aga melanjutkan bicara, "Di depanmu ada jurang. Terjunlah!"
Mendengar itu membuat Inda tercengang, "Apa Aga ingin aku mati?"
Meski takut dia tetap mendekati jurang. Saat di depan jurang, Inda baru tahu. Jurang itu tidak curam tapi menurun seperti bukit. Di bawahnya terdapat bangunan menyendiri. Inda tersenyum, "Aku sudah menduga, Aga tidak mungkin membuatku celaka!"
Inda lalu bersusah payah menuruni bukit tanah kering berbatuan, membuat pakaiannya kembali kotor saat tiba di bawah.
Inda terlihat kesal ketika melihat di samping jurang yang dia turuni terdapat tangga dengan jarak yang cukup jauh dari tempat dia berada, "Grrr, kenapa Aga gak bilang untuk turun di sini juga bisa menggunakan tangga?"
Kemudian Inda teringat keanehan suara Aga dapat terdengar tapi sosoknya tidak terlihat saat di lorong rumah sakit tadi. Dia lalu segera memasuki sebuah bangunan persegi sebesar kamar yang satu-satunya ada di sana.
Di dalam Inda terperangah melihat banyak layar monitor dan juga ada Aga yang duduk di depan layar itu. Terlihat juga di dekat Aga sebuah mikrofon kecil. Inda akhirnya tahu dan bicara dalam hati, 'Jadi ini yang membuat Aga dapat melihatku dari jauh dan juga bicara tanpa menemuiku'
Inda kemudian menanyakan sesuatu yang masih membuatnya penasaran, "Ini yang kamu maksud tempat kematian itu?"
Aga memegang tangan Inda dan mempersilahkannya duduk di bangku yang ada di sampingnya, "Ini ruang pengawasan CCTV rumah sakit, Aliya yang merupakan anak pemilik rumah sakit ini mengizinkanku menggunakannya!"
Mendengar itu Inda sangat senang, telah tahu yang dimaksud Aliya setuju adalah menerima tawaran Aga untuk menjadi pengawas CCTV.
Aga lalu menunjuk satu layar yang merekam kamar mayat, "Ini yang ku maksud tempat kematian!"
Inda kembali tersenyum hingga hampir tertawa dengan istilah yang diberikan Aga untuk menyebut kamar mayat, "Oh!"
Lalu Aga menyuruh Inda, "Kamu bisa bantu aku mengawasi ruangan itu?"
Senyuman terus tergambar di wajah Inda, "Iya, aku akan tetap di sini bersamamu. Meski hanya mengawasi satu ruangan saja." Tanpa peduli maksud Aga menyuruhnya hanya mengawasi kamar mayat, Inda mengiyakan dan mengganggapnya sedang kencan berdua dengan Aga di sini.
Senyuman Inda hilang seketika, saat menyadari Aga fokus mengawasi ruangan yang terdapat Aliya di sana. Saat Inda ingin marah, Aga bicara yang membuat Inda ketakutan, "Aku ingin memasak untuk Aliya jadi aku membutuhkanmu!" Sambil melihat tubuh Inda.
Hal itu membuat Inda jatuh dari kursi karena kaget. Sambil ngesot menjauhi Aga yang mendekatinya, Inda bicara, "Kamu ingin memasak tubuhku untuk kamu hidangkan ke Aliya! Kejam." Ucapnya sambil menangis.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar