Pengubah Takdir (Part 12)
Sosok misterius berpakaian serba hitam itu memiliki wajah yang tidak jelas karena tidak ada cahaya yang menyinarinya. Hanya kegelapan dan dia tampak melihat ke arah penjambret yang menggunakan motor. Penjambret itu terlihat sekarat. Entah apa yang dilakukan sosok seperti malaikat maut itu.
Aku hanya bisa menunduk karena takut. Rasa penasaranku ingin mempastikan, dia manusia atau bukan. Jadi perlahan aku melihat ke arahnya. Tapi dia sudah menghilang. Bersamaan sebuah mobil hitam yang baru ku sadari keberadaannya pergi. Apa sosok hitam itu yang menabrak penjambret ini dengan mobil?
Segeraku mengambil Hp milikku di tangan penjambret lalu pergi meninggalkannya. Aku berlari menjauh dan berhenti di balik bangunan tua untuk mengintip bagaimana keadaan penjambret itu. Tidak beberapa lama ada beberapa pria lewat dan menghampiri penjambret yang tergeletak. Melihat penjambret itu ditolong oleh mereka. Aku jadi tidak khawatir lagi.
Tiba-tiba...
Ada yang menyentuh bahuku dari belakang. Jangan-jangan arwah penjambret itu. Tapi...
Dia memanggil namaku, "Huja, apa yang kamu lakukan?"
Saat aku menoleh ke belakang, ''Enja, ternyata kamu! Ngapain di sini?"
Enja menunjuk ke arah mini market yang cukup jauh, "Aku mau belanja! Kamu mau ikut?"
Melihat penampilan Enja dengan pakaian serba putih membuatku heran, "Kamu beli baju dan celana baru? Dari mana uangnya? Ayah dan ibuku tidak pernah kasih kamu uang dan hubunganmu dengan keluargamu juga buruk."
Sambil berjalan menuju mini market, Enja menjawab, "Aku kerja dan rencananya aku ingin pindah dari rumahmu!"
Meski kecewa tapi sepertinya itu lebih baik karena kami menjadi bahan pembicaraan negatif oleh para tetangga, jadi aku jawab, "Jika itu pilihanmu. Aku tidak bisa melarang. Kita juga tidak punya hubungan darah dan belum menikah. Memang tidak pantas satu rumah!"
Sesampainya di dalam mini market kami dikejutkan dengan Polisi yang sedang memukul dan menendang seorang wanita dan dua gadis. Meski mereka memohon ampun Polisi terus memukulnya. Aku segera meminta Enja untuk menolong mereka, "Enja..." Tapi saat aku menoleh ke samping, Enja sudah tidak ada.
Saat aku melihat ke depan kembali, Enja terlihat menghalangi Polisi memukul wanita itu. Segeraku menghampiri mereka. Terdengar Polisi yang marah, "Dia mencuri di Mini Market milikku, pantas untuk di hukum."
Hanya satu kalimat dari Enja, membuat suasana panas langsung dingin, "Bukan hukuman, tapi solusi, aku akan ganti kerugian semuanya dan mempastikan mereka tidak akan mencuri lagi."
Di luar Mini Market setelah Enja dan Aku belanja. Wanita dan dua gadis tadi menunggu kami seperti yang diperintahkan Enja. Wanita itu langsung menghampiri kami, "Terima kasih Nak, atas bantuannya. Kami tidak tahu harus minta bantuan siapa lagi."
Enja mendirikan Wanita yang menunduk di hadapannya, "Iya bu. Kalau boleh tahu kenapa kalian mencuri? dan dua gadis ini siapanya ibu?"
Ibu itu menjawab, "Mereka anak ibu. Kami terpaksa. Bingung bagaimana mencari uang dan memenuhi kebutuhan untuk hidup."
Enja melihat ke arah ke dua gadis, "Anak ibu tidak bekerja?"
Ibu itu meneteskan air matanya, "Anak ibu sudah mengajukan lamaran di mana-mana tapi tidak diterima!"
Aku terkejut mendengar ucapan Enja, "Salah satu dari mereka bisa bekerja di Perusahaanku. Meski baru ku dirikan, bangunannya juga masih baru, dan hanya ada beberapa karyawan. Tapi aku pastikan gajinya akan cukup memenuhi kebutuhan kalian bertiga." Apa ini yang dimaksud solusi yang dikatakan Enja untuk menghapus tindakan kriminal.
Ingin aku cemburu tapi aku sadar diri dan membiarkan kedua gadis itu memeluk Enja, ''Terima kasih kak!" Ucapnya.
Enja memberika kartu namanya ke salah satu gadis, "Datanglah besok ke kantorku!"
Mereka lalu pergi.
Hanya ada Aku dan Enja. Sungguh membuatku tidak percaya, "Enja, kamu punya uang, rumah dan perusahaan. Sebenarnya pekerjaanmu, jual beli apa?"
Enja melihat ke arah tubuhku dan menjawabnya dengan mengerikan, "Darah..."
Aku terkejut, "Kamu nyediain minuman buat Vampir?"
(Bersambung)
Aku hanya bisa menunduk karena takut. Rasa penasaranku ingin mempastikan, dia manusia atau bukan. Jadi perlahan aku melihat ke arahnya. Tapi dia sudah menghilang. Bersamaan sebuah mobil hitam yang baru ku sadari keberadaannya pergi. Apa sosok hitam itu yang menabrak penjambret ini dengan mobil?
Segeraku mengambil Hp milikku di tangan penjambret lalu pergi meninggalkannya. Aku berlari menjauh dan berhenti di balik bangunan tua untuk mengintip bagaimana keadaan penjambret itu. Tidak beberapa lama ada beberapa pria lewat dan menghampiri penjambret yang tergeletak. Melihat penjambret itu ditolong oleh mereka. Aku jadi tidak khawatir lagi.
Tiba-tiba...
Ada yang menyentuh bahuku dari belakang. Jangan-jangan arwah penjambret itu. Tapi...
Dia memanggil namaku, "Huja, apa yang kamu lakukan?"
Saat aku menoleh ke belakang, ''Enja, ternyata kamu! Ngapain di sini?"
Enja menunjuk ke arah mini market yang cukup jauh, "Aku mau belanja! Kamu mau ikut?"
Melihat penampilan Enja dengan pakaian serba putih membuatku heran, "Kamu beli baju dan celana baru? Dari mana uangnya? Ayah dan ibuku tidak pernah kasih kamu uang dan hubunganmu dengan keluargamu juga buruk."
Sambil berjalan menuju mini market, Enja menjawab, "Aku kerja dan rencananya aku ingin pindah dari rumahmu!"
Meski kecewa tapi sepertinya itu lebih baik karena kami menjadi bahan pembicaraan negatif oleh para tetangga, jadi aku jawab, "Jika itu pilihanmu. Aku tidak bisa melarang. Kita juga tidak punya hubungan darah dan belum menikah. Memang tidak pantas satu rumah!"
Sesampainya di dalam mini market kami dikejutkan dengan Polisi yang sedang memukul dan menendang seorang wanita dan dua gadis. Meski mereka memohon ampun Polisi terus memukulnya. Aku segera meminta Enja untuk menolong mereka, "Enja..." Tapi saat aku menoleh ke samping, Enja sudah tidak ada.
Saat aku melihat ke depan kembali, Enja terlihat menghalangi Polisi memukul wanita itu. Segeraku menghampiri mereka. Terdengar Polisi yang marah, "Dia mencuri di Mini Market milikku, pantas untuk di hukum."
Hanya satu kalimat dari Enja, membuat suasana panas langsung dingin, "Bukan hukuman, tapi solusi, aku akan ganti kerugian semuanya dan mempastikan mereka tidak akan mencuri lagi."
Di luar Mini Market setelah Enja dan Aku belanja. Wanita dan dua gadis tadi menunggu kami seperti yang diperintahkan Enja. Wanita itu langsung menghampiri kami, "Terima kasih Nak, atas bantuannya. Kami tidak tahu harus minta bantuan siapa lagi."
Enja mendirikan Wanita yang menunduk di hadapannya, "Iya bu. Kalau boleh tahu kenapa kalian mencuri? dan dua gadis ini siapanya ibu?"
Ibu itu menjawab, "Mereka anak ibu. Kami terpaksa. Bingung bagaimana mencari uang dan memenuhi kebutuhan untuk hidup."
Enja melihat ke arah ke dua gadis, "Anak ibu tidak bekerja?"
Ibu itu meneteskan air matanya, "Anak ibu sudah mengajukan lamaran di mana-mana tapi tidak diterima!"
Aku terkejut mendengar ucapan Enja, "Salah satu dari mereka bisa bekerja di Perusahaanku. Meski baru ku dirikan, bangunannya juga masih baru, dan hanya ada beberapa karyawan. Tapi aku pastikan gajinya akan cukup memenuhi kebutuhan kalian bertiga." Apa ini yang dimaksud solusi yang dikatakan Enja untuk menghapus tindakan kriminal.
Ingin aku cemburu tapi aku sadar diri dan membiarkan kedua gadis itu memeluk Enja, ''Terima kasih kak!" Ucapnya.
Enja memberika kartu namanya ke salah satu gadis, "Datanglah besok ke kantorku!"
Mereka lalu pergi.
Hanya ada Aku dan Enja. Sungguh membuatku tidak percaya, "Enja, kamu punya uang, rumah dan perusahaan. Sebenarnya pekerjaanmu, jual beli apa?"
Enja melihat ke arah tubuhku dan menjawabnya dengan mengerikan, "Darah..."
Aku terkejut, "Kamu nyediain minuman buat Vampir?"
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar