Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Rahasia Insiden Tiang Listrik (Part 2)

Author
Published Senin, Juli 02, 2018
Rahasia Insiden Tiang Listrik (Part 2)
Mayat wanita itu dibawa dengan mobil ambulan. Aku, Nanda dan seorang Polisi tetap berada di lokasi. Kami duduk di ruang tamu Rumah yang pemiliknya tewas tersebut.
Polisi itu melihatku aneh, "Pekenalkan aku Seta. Apa kamu bisa melihat sesuatu yang kami sebut hantu?"
Nanda tertawa, "Ha ha ha, terus kamu mau ngusulin Enja bikin film buat nyaingi Danur."
Tiba-tiba ponsel Nanda berbunyi. Dia menerima telpon. Mendengarkan kemudian menutup telpon.
"Hasil Visum mengatakan, wanita itu diperkosa. Darah yang ditemukan di semak-semak kemungkinan darah perawan. Kemungkinan dia tidak terima apa yang terjadi terhadap dirinya dan melakukan bunuh diri." Ucap Nanda dengan ekspresi kesal.

Baik aku maupun Seta tidak menanggapinya. Kami bersiap untuk pulang dan tiba-tiba suara ponsel Seta berbunyi. Beberapa saat mendengarkan telpon kemudian menutup telponnya, dia lalu berkata, "Pelaku perampokan Bus, sudah tertangkap. Sesuai lokasi di gudang tengah hutan yang kamu katakan, Enja. Kami menemukan barang-barang korban. Aku ingin tahu, bagaimana bisa kamu mengetahuinya..."
Nanda memotong pembicaraan, "Itu tidak penting. Yang penting sekarang kamu harus temukan pelaku yang menyakiti wanita itu?"
Aku jadi bingung harus bagaimana nanti menjelaskannya jika aku terus mengungkapkan kasus yang terjadi tanpa melewati proses, mungkin lebih baik menunda mengatakannya, "Ada beberapa hal yang akan aku uji coba! Nanti aku kasih tahu hasilnya."
Aku lalu pamit untuk pulang.

Di rumah, aku sampai saat malam. Setelah makan malam. Ada tamu yang datang. Dia Seta. Saat bersamaan ibu juga pamit pergi ke rumah tante Yena. Aku lalu mengajak masuk Seta ke dalam rumah. Pandangan Seta terpaku pada Enli yang menggunakan baju tanktop dan celana pendek sambil memainkan HP nya yang rusak. Segera aku menegurnya.
"Kamu ke sini mau apa?"
Dia menjawab tanpa melihat ke arahku, "Menikmati keindahan tubuh adikmu... Eh... maksudku mau bilang, Komandan komplain."
Aku malah kesal. Sudah dibantu malah mengeluh, "Aku sudah menyelesaikan kasus dengan cepat, apa masalahnya!"
Aku tanya apa, dia jawab apa, "Mumpung cuma kita berdua, jika kita apa-apain dia, pasti tidak akan melawan."
"Kamu benar, aku pernah menyentuhnya dan dia tidak keberatan... Eh... " Aku tidak sadar malah sepemikiran dengan dia, sialan.
"Sebaiknya kita jangan di sini lama-lama, konsentrasi kita akan terganggu. Ayo ke belakang rumah." Ajakku kepada Seta.

Belakang Rumah ini ada halaman yang langsung menghadap jurang dan lautan luas. Di sana Seta mulai bicara dengan jelas, "Komandan ingin kita dapat menjelaskan bagaimana cara mengetahui lokasi pelaku!"
Baru saja dibahas tadi siang, sekarang diminta lagi, "Aku tidak bisa jelaskan sekarang. Berikan aku waktu. Yang penting pelaku sudah tertangkap bersama barang bukti. "

Ponsel Seta kembali berbunyi. Dia lalu memberitahuku tentang kabar yang dia terima, "Ada kecelakaan mobil menabrak tiang listrik. Ada yang aneh. Supir tidak terluka tapi penumpang dibelakang terluka parah. Kamu harus melihatnya!"
Aku ingat Enli, "Aku akan menyusul setelah ibu datang. Aku harus jaga adikku dulu."

Aku mengantar Seta sampai pintu keluar.

Beberapa saat kemudian. Ibu datang. Aku segera pamit dan pergi ke lokasi. Di sana cuma ada mobil ringsek yang menabrak tiang listik. Nanda menghampiriku, "Penumpang di belakang luka parah di kepala. Kemungkinan saat tabrakan terjadi kepalanya terbentur kaca mobil hingga pecah. Dia sudah dilarikan supirnya ke rumah sakit."
Seta yang juga ada di sana ikut menambahkan, "Kata supir dia melihat makhluk halus di sini dan menghindar lalu tertabrak tiang listrik."

Nanda kemudian pamit pulang, "Sudah larut malam, tidak baik untuk gadis sepertiku." Ucapnya.
Dia lalu pergi ke arah belakangku.
Tidak beberapa lama terdengar suara dari belakang, "Bukan salahku!"
Entah apa yang dikatakan Nanda. Aku lalu menoleh ke belakang, "Kamu bicara apa?" Tanyaku bukan tidak mendengar tapi tidak mengerti apa yang dia katakan.
Aku terkejut. Tidak ada siapa-siapa. Pandanganku terpaku melihat pemukul bola golf tersangkut di tepi sungai yang berada di pinggir jalan.
Seta kembali mengejutkanku, "Jadi, kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi?"

(Bersambung)

Posting Komentar