Sosok Tanpa Badan (Part 11)
Aku dan Tama dikejutkan oleh sesuatu bercahaya di balik pintu gelap. Terlihat samar-samar sosok wajah tapi bagian badannya tidak terlihat. Itu membuat Tama takut tapi aku justru penasaran. Meski cemas, aku tetap mendekati sosok itu. Aku melangkah dan terdengar langkah kaki dari belakang. Tama mengikutiku. Padahal dia cowok dan aku cewek tapi memilih berada di belakangku.
Saat sampai di balik pintu, kami baru sadar itu ternyata Televisi yang menampilkan wajah Reporter. Aku memperhatikan suara apa yang menghentikan Tama mendekatkan pisaunya ke dadaku.
"...telah tewas pelaku pemerkosaan oleh sosok berjubah hitam yang terekam kamera pengawas rumahnya..."
Berita yang diucapkan Reporter itu membuatku teringat tentang kabar Pelaku pemerkosa yang bertanggung jawab menikahi korbannya. Tapi aku tidah habis pikir, kenapa sosok hitam itu tetap membunuhnya.
Tiba-tiba Tama menarik tanganku dan membawaku ke luar rumahnya, "Pulanglah!" Ucapnya.
Saat dia mencoba menutup pintu aku menahan pintu itu, "Bukannya kamu ingin belajar masak daging denganku pakai pisau itu?"
Dia menjawab dengan gugup, "Aku akan masak dagingmu nanti, eh maksudku lain kali kita masak daging Ayam itu!"
Aku tetap menahan pintunya agar tidak ditutup, "Bagaimana dengan susu, kamu menyukainya kan. Aku akan belikan di toko!"
Dia malah menjawab dengan aneh, "Aku ragu susumu ada isinya. Eh maksudku aku ragu susu kental manis itu beneran susu sapi, jadi aku tidak suka minum susu lagi."
Aku melepaskan pintunya dan...
''Brakkk..." Pintu tertutup dengan kencang.
Aku lalu berjalan pulang melewati pepohonan dan jalan tidak beraspal. Saat di jalan aku mengeluarkan Hpku untuk menghubungi Enja dan menanyakan dia ada di mana.
Tiba-tiba...
Seseorang dengan mengendarai motor mencoba merebut Hpku. Aku menahannya sekuat tenaga sambil memejamkan mata. Kejadian sangat cepat, hingga aku terseret dan...
"Drakkk..." Suara keras terdengar. Aku berhenti terseret. Saat aku membuka mata, penjambret itu tergeletak di dekat motornya dengan darah di mana-mana.
Tampak sosok berdiri di dekat penjambret itu. Pakaian jubah serba hitam hingga menutupi kepalanya dan membuat wajahnya tidak tampak membuatku ketakutan. Aku menunduk dan memohon, "Malaikat Maut. Jangan ambil nyawaku!"
(Bersambung)
Saat sampai di balik pintu, kami baru sadar itu ternyata Televisi yang menampilkan wajah Reporter. Aku memperhatikan suara apa yang menghentikan Tama mendekatkan pisaunya ke dadaku.
"...telah tewas pelaku pemerkosaan oleh sosok berjubah hitam yang terekam kamera pengawas rumahnya..."
Berita yang diucapkan Reporter itu membuatku teringat tentang kabar Pelaku pemerkosa yang bertanggung jawab menikahi korbannya. Tapi aku tidah habis pikir, kenapa sosok hitam itu tetap membunuhnya.
Tiba-tiba Tama menarik tanganku dan membawaku ke luar rumahnya, "Pulanglah!" Ucapnya.
Saat dia mencoba menutup pintu aku menahan pintu itu, "Bukannya kamu ingin belajar masak daging denganku pakai pisau itu?"
Dia menjawab dengan gugup, "Aku akan masak dagingmu nanti, eh maksudku lain kali kita masak daging Ayam itu!"
Aku tetap menahan pintunya agar tidak ditutup, "Bagaimana dengan susu, kamu menyukainya kan. Aku akan belikan di toko!"
Dia malah menjawab dengan aneh, "Aku ragu susumu ada isinya. Eh maksudku aku ragu susu kental manis itu beneran susu sapi, jadi aku tidak suka minum susu lagi."
Aku melepaskan pintunya dan...
''Brakkk..." Pintu tertutup dengan kencang.
Aku lalu berjalan pulang melewati pepohonan dan jalan tidak beraspal. Saat di jalan aku mengeluarkan Hpku untuk menghubungi Enja dan menanyakan dia ada di mana.
Tiba-tiba...
Seseorang dengan mengendarai motor mencoba merebut Hpku. Aku menahannya sekuat tenaga sambil memejamkan mata. Kejadian sangat cepat, hingga aku terseret dan...
"Drakkk..." Suara keras terdengar. Aku berhenti terseret. Saat aku membuka mata, penjambret itu tergeletak di dekat motornya dengan darah di mana-mana.
Tampak sosok berdiri di dekat penjambret itu. Pakaian jubah serba hitam hingga menutupi kepalanya dan membuat wajahnya tidak tampak membuatku ketakutan. Aku menunduk dan memohon, "Malaikat Maut. Jangan ambil nyawaku!"
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar