Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Kekasih Yang Tak Sehati (Part 20)

Author
Published Senin, Juli 02, 2018
Kekasih Yang Tak Sehati (Part 20)
Aku melihat sosok di belakangku dengan senang, "Kak Enja!" Kemudian heran, "Kakak buat apa nelpon Fajer?"

Kak Enja mengambil HPku yang rusak dari tanganku, "Di dalam ini, ada GPS. Cara yang sama seperti ayah dulu melindungi ibu..."
Tanpa mendengar penjelasan kakak lagi, langsung aku potong, "Terima kasih kak, udah melindungiku."
Kak Enja menyerahkan HP baru ke aku, "Sepertinya ini yang kamu butuhkan. Sesuai janjiku ingin membelikan kamu sesuatu."
Belum sempat aku bicara, kakak kembali bicara, "Oh iya, Fajer yang menanyakan tentangmu kepadaku. Yang melindungimu bukan aku tapi dia."
Penjelasan kakak membuatku kecewa.

Sepanjang penjalanan, Malaika cuma diam. Entah dia terpesona dengan kakak atau kerasukan. Hingga sampai di rumah. Pintu masih terkunci, "Yah, sepertinya ibuku belum datang."
Saat aku memalingkan wajah ke Malaika, dia menghilang. Membuatku tercengang.
Kak Enja langsung masuk. Aku segera menahan tangannya, "Aku takut kak!"
Kakak melepaskan tanganku, "Itu cowokmu sudah datang tidak perlu takut lagi."
Aku kaget. Saat aku melihat ke belakang benar ada Buna.

Dengan kesal aku menghampiri Buna, "Setelah kamu meninggalkanku, beraninya kemari!"
Tanpa bicara dia memberikanku HP yang lebih mahal dibandingkan pemberian kakak, "Aku dengar kabar, punyamu rusak. Ini aku belikan untukmu."
Entah kenapa hatiku luluh dan menerimanya.
Dia kemudian mengajakku pergi. Aku bersedia, untuk menyenangkan hatinya karena dia sudah menyenangkan hatiku.

Biasanya kak Enja duduk di belakang. Jadi aku ke sana untuk pamit. Aku terkejut dan emosi saat melihat kakak bersama Malaika. Tanpa menghampiri mereka. Aku pergi bersama Buna.

Dengan menggunakan mobil, aku dibawa Buna menuju Cafee, tapi dia justru berhenti di tepi hutan sunyi, "Ngapain kita ke sini?" Tanyaku cemas.
Dia tersenyum aneh, "Aku sudah memberikan yang kamu mau. Sekarang giliran kamu memberikan yang aku mau."

Buna langsung menerkamku dengan ganas. Aku berontak sekuat tenaga. Aku berteriak sekeras-kerasnya, "TOLOOONG, HENTIKANNN!" Entah teriakanku untuk siapa. Badanku gemetar. Aku menangis sejadi-jadinya.

BUK BUK BUK, suara aneh terdengar di luar mobil. Suasana langsung gelap. Membuat Buna terlihat ketakutan.

(Bersambung)

Posting Komentar