Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Pengingat Kembali Yang Lupa (Part 22)

Author
Published Minggu, September 30, 2018
Pengingat Kembali Yang Lupa (Part 22)
Ku pikir sosok hitam atau yang mereka sebut Malaikat Hitam di depanku akan mencelakaiku juga seperti para pria yang baru saja ku temui. Tapi setelah mendengar suara sirene Mobil Kepolisian dan aku sadar Malaikat Hitam sedang terluka karena dia tampak memegangi bahu tangan kirinya yang berlumuran darah. Ku pikir itu darah orang yang dia bunuh. Ternyata bukan. Dengan gugup aku menoleh ke arah kiri yang tampak gelap dan juga mengarah ke sebuah danau lalu melihat ke arah kanan yang terdapat kuburan. Aku menunjuk ke arah danau. Tanpa pikir panjang Malaikat Hitam itu mengikuti arah yang ku berikan. Dia berlari kencang dan terjun ke danau.

Tidak beberapa lama dua Polisi datang bersenjatakan lengkap. Mereka melihat ke arahku yang gemetar. Aku berusaha menyelamatkan Malaikat Hitam itu dengan memberikan arah yang salah, ke arah kanan yang terdapat kuburan. Tapi aku kaget saat Polisi itu bilang, "Berarti Malaikat Hitam itu ke arah kiri menuju danau. Dia pahlawan perempuan sudah sewajarnya jika perempuan akan berpihak padanya. Walaupun begitu, dia tetap pembunuh." Mereka benar-benar menuju danau. Itu di luar perkiraanku.

"Doard...Doard..." Suara tembakan terdengar.

Aku hanya bisa menunduk sambil menutup telingaku dan terus menangis. Aku berteriak, "Hentikan!!!"

Tiba-tiba ada yang menyentuhku. Belum sempat aku bicara. Dia bicara duluan, "Ini aku Yupi. Ayo kita pergi dari sini."

Yupi lalu mengantarku pulang. Aku berusaha menyembunyikan apa yang terjadi dengan bersikap biasa agar orang tuaku tidak khawatir.

Saat berada di dalam rumah, aku segera menonton berita di Tv. Entah kenapa, tidak ada berita tentang Malaikat Hitam. Seakan berita itu disembunyikan.

Beberapa hari kemudian. Kabar Enja benar-benar tidak ada sama sekali. Hpnya pun tidak aktif lagi. Aku benar-benar cemas dengan nasib Enja.


Di sekolah, aku menjadi murung. Sepulang Sekolah aku menuju Danau tempat aku terakhir melihat sosok Malaikat Hitam yang ku yakini adalah Enja. Aku termenung melihat keindahan Danau yang tenang. Entah kenapa ketenangan air di Danau ini membuat pikiranku tenang juga bahkan aku teringat sesuatu yang dapat membuatku terhubung kembali dengan Malaikat Hitam, yaitu Yupi, gadis yang dapat berkomunikasi dengan Sosok Malaikat Hitam di kuburan saat itu. Bahkan aku dapat mengingat hal detail yang tidak terlalu aku perhatikan saat bertemu dengannya pertama kali yaitu pakaian yang dikenakan Yupi merupakan pakaian seragam SMA Favorit di Kota ini.

Itu semua membuatku dapat menentukan apa yang harus ku lakukan, “Aku harus temui Yupi, karena dia mengenal Malaikat Hitam dan aku yakin Malaikat Hiatam itu adalah Enja. Pasti Yupi bisa membantuku bertemu Enja kembali.”

Segeraku menuju  tempat Yupi bersekolah. Saat di depan pagar Sekolah Yupi, aku justru melihat Enja yang tidak lagi memakai baju seragam Sekolahku tapi dia mengenakan baju Seragam sekolah Yupi. Enja pasti pindah ke sekolah ini. Aku senang dapat menemuinya lagi. Dengan penuh semangat aku mendekati dan langsung menyapanya yang baru keluar dari pagar Sekolah, “ Ku pikir, aku akan kehilanganmu. Aku benar-benar takut.”

Tapi Enja hanya diam dan justru dia mempercepat langkah kakinya. Aku yang mencoba menyamai langkahnya agar tetap berada di sampingnya malah tersandung dan terjatuh. Aku segera memanggil Enja,” Enja… tolong aku…” Dia hanya diam dan terus berjalan.

Aku kembali berteriak, “Ku mohon berhentilah!” Tapi dia terus jalan hingga menjauh dari jangkauan pengelihatanku.

Aku sangat sedih saat Enja mengabaikanku. Tapi kekhawatiranku itu baru awalnya. Aku benar-benar ketakutan saat beberapa siswa dan siswi yang melewatiku begitu saja. Tidak menolongku untuk berdiri atau setidaknya menyapaku. Seakan aku tidak ada,”Apa jangan-jangan, mereka tidak bisa melihatku. Apa aku sudah mati dan jadi hantu?”

Aku semakin tercengang, saat mendengar suara yang mengiyakan kata-kataku, “Benar yang kau ucapkan!”

(Bersambung)

Posting Komentar